Prospek Cerah Industri Pupuk Urea, Firman Soebagyo Minta Tata Kelola Subsidi Diperbaiki

Berita GolkarAnggota Komisi IV DPR RI Firman Soebagyo menegaskan bahwa prospek industri pupuk urea Indonesia masih sangat besar, namun memperingatkan bahwa peluang tersebut bisa terhambat jika pemerintah tidak segera memperbaiki tata kelola distribusi pupuk subsidi serta menjamin ketersediaan bahan baku gas alam bagi industri.

Firman menjelaskan bahwa kebutuhan pupuk urea nasional terus meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan meluasnya intensifikasi pertanian dan meningkatnya kebutuhan pangan nasional. Urea adalah jenis pupuk yang paling banyak digunakan petani Indonesia karena menjadi komponen utama dalam berbagai program peningkatan produktivitas.

“Permintaan pupuk urea kita stabil, bahkan cenderung meningkat. Potensi ekspor juga besar karena pasar global terus berkembang, sehingga industri pupuk kita sebenarnya memiliki ruang pertumbuhan yang kuat,” ujar Firman.

Ia menambahkan, data ekspor terbaru menunjukkan Indonesia memiliki daya saing global yang cukup kuat. Pada 2021, Pupuk Indonesia mengekspor 2 juta ton urea dan lebih dari 700 ribu ton amonia, sebuah capaian yang menurutnya menegaskan posisi Indonesia sebagai pemain penting di pasar regional.

Namun, Firman yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia ini mengingatkan bahwa kinerja tersebut tidak boleh membuat pemerintah lengah, sebab industri pupuk urea sangat bergantung pada pasokan gas alam. Ketersediaan gas yang terbatas dan harga yang fluktuatif menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan produksi.

“Kita punya prospek besar, tetapi tantangan seperti keterbatasan pasokan gas, fluktuasi harga, dan kesenjangan antara permintaan dan produksi masih menjadi pekerjaan besar yang harus diselesaikan bersama,” tegasnya.

Menurutnya, kapasitas produksi nasional sebenarnya cukup besar, namun belum sepenuhnya optimal karena banyak perusahaan pupuk masih menghadapi keterbatasan bahan baku serta efisiensi produksi yang belum merata. Ia menilai perlu ada komitmen jangka panjang pemerintah untuk memastikan industri pupuk mendapat prioritas dalam penyaluran gas.

Selain bicara soal industri urea, politisi senior Partai Golkar ini turut menyoroti persoalan klasik yang terus berulang dalam distribusi pupuk subsidi. Ia mengingatkan bahwa anggaran besar untuk subsidi pupuk belum diikuti dengan sistem distribusi yang transparan, tepat sasaran, dan sesuai kebutuhan di lapangan.

Ia menilai penentuan sasaran yang masih berbasis individu merupakan akar dari persoalan ketidaktepatan distribusi. Sistem ini dinilai membuka celah penyelewengan, salah sasaran, hingga manipulasi data penerima.

“Subsidi pupuk ini anggarannya sangat besar, tapi kalau penyalurannya masih berbasis orang, bukan pada luas lahan atau data geospasial, maka ketepatan sasarannya pasti bermasalah,” jelas Wakil Ketua Fraksi Partai Golkar MPR RI ini.

Firman juga menyoroti dampak lanjutan dari sistem distribusi yang tidak efektif, seperti keterlambatan distribusi yang terjadi hampir setiap musim tanam. Keterlambatan ini, menurutnya, menyebabkan petani terpaksa membeli pupuk nonsubsidi dengan harga lebih mahal, sehingga biaya produksi meningkat dan margin keuntungan menurun.

Ia menegaskan bahwa penggunaan pendekatan modern berbasis teknologi merupakan keharusan, bukan pilihan. Implementasi geospasial, data lahan digital, serta verifikasi berbasis luas lahan dapat menjadi solusi untuk mengurangi kebocoran dan memastikan pupuk sampai ke tangan petani yang benar-benar membutuhkan.

“Kita harus menggunakan pendekatan berbasis luas lahan dan teknologi geospasial. Dengan begitu, distribusi bisa lebih efektif, efisien, dan benar-benar menyentuh petani yang membutuhkan,” sebut legislator asal Pati, Jawa Tengah itu.

Firman meyakini bahwa kombinasi antara pembenahan distribusi subsidi, jaminan pasokan gas untuk industri pupuk, serta peningkatan kapasitas produksi akan menjadi kunci untuk memperkuat ketahanan pangan nasional. Ia menegaskan bahwa peningkatan efisiensi industri pupuk bukan hanya penting bagi sektor pertanian, tetapi juga menjadi pondasi strategis bagi stabilitas ekonomi nasional.

Menurutnya, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pusat produksi pupuk urea di kawasan Asia Pasifik jika tata kelola industri dibenahi secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Leave a Reply