Berita Golkar – Ketua Balitbang DPP Partai Golkar, Yuddy Chrisnandi, menegaskan bahwa Rapat Kerja II Balitbang Golkar yang digelar di Cirebon memiliki makna strategis, historis dan mendalam. Menurutnya, pemilihan Kota Cirebon sebagai lokasi rapat kerja dilandasi alasan historis sekaligus spiritual.
“Indonesia saat ini sedang berada di persimpangan sejarah. Apakah kita menuju Indonesia Emas 2045, atau justru gagal memanfaatkan bonus demografi yang hanya datang sekali dalam 100 tahun. Dari Cirebon, kita ingin melakukan perenungan atas perjalanan sejarah bangsa yang kaya nilai perjuangan,” ungkap Yuddy kepada redaksi Golkarpedia di sela-sela kegiatan.
Ia menjelaskan, Cirebon dipilih karena kota ini sarat dengan nilai religius sekaligus menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa. Dari Cirebon, rombongan Balitbang Partai Golkar juga akan melanjutkan perjalanan ke Linggarjati untuk menapaki jejak sejarah perundingan kemerdekaan.
“Dari sana kita belajar bahwa mempertahankan kemerdekaan itu tidak mudah. Butuh pengorbanan fisik, jiwa, raga, sekaligus perjuangan diplomasi. Pesan sejarah itu relevan untuk menghadapi tantangan bangsa ke depan yang semakin berat,” jelasnya.
Yuddy menekankan bahwa semangat yang diwariskan para pendiri bangsa harus terus dirawat melalui kebersamaan, gotong royong, serta komitmen menjaga persatuan. Ia menyebut nilai-nilai inilah yang akan menjadi fondasi bagi Partai Golkar dalam merumuskan langkah ke depan.
Terkait hasil Raker, Yuddy menuturkan terdapat dua dimensi utama. Pertama, secara praktis, Balitbang Golkar akan menghasilkan rekomendasi bagi partai dan pemerintah dalam menjawab aspirasi masyarakat, termasuk tuntutan mahasiswa. Kedua, secara strategis, forum ini akan merumuskan arah pemikiran Golkar untuk menghadapi Pemilu 2029.
“Perlu disadari, pada Pemilu 2029 mayoritas pemilih adalah generasi milenial akhir dan generasi Z. Cara pandang mereka terhadap politik, aspirasi, dan masa depan tentu berbeda dengan generasi yang saat ini memimpin Partai Golkar. Karena itu, rapat kerja ini tidak hanya memberikan rekomendasi praktis, tapi juga menyusun pemikiran strategis agar Partai Golkar bisa tetap relevan, bertahan, dan menang,” ujar guru besar Universitas Nasional (UNAS) ini.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa Partai Golkar harus mampu membaca zaman dan beradaptasi dengan perubahan. Kehadiran generasi muda sebagai kekuatan baru dalam politik Indonesia tidak bisa diabaikan.
“Kita tidak bisa lagi berbicara dengan cara lama. Harus ada terobosan, inovasi, dan bahasa politik yang sesuai dengan generasi penerus bangsa. Kalau kita tidak mampu menyesuaikan diri, maka jarak antara partai dan pemilih akan semakin lebar,” imbuhnya.
Dengan demikian, Raker II Balitbang Golkar di Cirebon tidak hanya menjadi ajang konsolidasi internal, melainkan juga momentum merumuskan strategi jangka panjang. Golkar ingin memastikan diri hadir sebagai partai yang siap menjawab tantangan zaman, sekaligus menjaga warisan sejarah untuk mengantarkan Indonesia menuju cita-cita besar di 2045.