Berita Golkar – Bogor memiliki keunggulan komparatif di bidang pertanian dan perkebunan. Karena itu, mestinya petani Bogor lebih serius berorientasi ekspor.
Demikian pernyataan Anggota DPR RI Ravindra Airlangga di tengah kunjungannya menemui para petani dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di hotel Duta Berlian Dramaga, Kabupaten Bogor pukul 11.00 WIB hingga pukul 12.30 WIB.
Dilanjutkan ke acara yang sama dengan para petani dan pelaku UMKM Ciampea di Gedung hotel Cakrawala Nuansa Nirwana Ciampea dari sejak pukul 13.00 WIB hingga 14.30 WIB yang diakhiri di Aula Darma Mulia Cibungbulang Kabupaten Bogor bersama warga, petani dan pelaku UMKM di kawasan Cibungbulang Kabupaten Bogor dalam acara bimbingan teknis seputar pertanian dan perikanan serta peternakan terutama potensi ekspor di Kabupaten Bogor.
Di hadapan ratusan petani dan pelaku usaha mikro dan kecil yang didominasi kelompok millennial itu, Ravindra yang merupakan anak Ketum (Ketua Umum) Partai Golkar Airlangga Hartarto itu mengingatkan, Bogor memiliki potensi perkembunan yang sangat besar.
Mengacu pada data Badan Pusat Statistik, kata dia, komoditas perkebunan dan pertanian Kabupaten Bogor antara lain kopi, kakao, teh, tanaman hias, juga produk pertanian lainnya.
Ravindra menyebut bahwa tahun 2022, total produksi sekitar 7 juta ton secara keseluruhan. Dan angka ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu produksi perkebunan unggulan Bogor, sambung dia, adalah kopi jenis robusta. Tahun 2021, sebanyak 4 ribu ton biji kopi diproduksi dari daerah ini.
“Bogor sangat penting karena merupakan penyangga utama Jabodetabek. Banyak pangan dan bahan baku industri makanan yang disupply oleh Kabupaten Bogor. Sehingga Bogor memiliki keunggulan komparatif di bidang pertanian dan perkebunan,” kata Anggota Komisi IV dari Fraksi Partai Golkar itu.
Ravindra mengingatkan, Indonesia pernah menjadi produsen tebu terbesar di dunia. Itu terjadi tahun 1930-an. Hal itu terjadi salah satunya karena penggunaan bibit yang sesuai, yakni bibit POJ 878. Dengan bibit itu, produksi tebu bisa mencapai 12 ton perhektar. Sekarang hanya sekitar 5 ton perhektar. Ada penurunan produktifitas lebih dari 50 persen.
“Seharusnya tambah lama tambah berkembang. Sekarang, kata dia, Indonesia menjadi importir gula. Padahal dulu adalah eksportir,” jelasnya.
Ada tiga hal, menurut Ravindra, yang bisa dilakukan agar pertanian dan perkebunan bisa meningkatkan produksi. Pertama, melakukan cost maintenance. Biaya harus bisa dijaga, namun hasil tetap bisa optimal.
Salah satu solusinya, menurut Ravindra, adalah menggunakan bibit bersertifikat. Penggunaan bibit unggul dan bersertifikat, menurut kajian yang dilakukan oleh Ravindra, bisa meningkatkan produksi sekitar 30 persen lebih banyak dari penggunaan bibit non-unggulan. “Dengan usaha yang sama, produktifitasnya lebih tinggi,” jelasnya.
Kedua, mengetahui waktu atau jadwa tanam dan pemupukan. Selain itu juga penting untuk memastikan irigasi yang teratur. Ketiga adalah perlunya perhatian khusus pada peremajaan. Produktifitas tanaman lama-lama menurun. Karena itu perlu proses peremajaan tanaman dan bibit.
Ditanya soal tujuannya bertemu dengan para petani dan pelaku UMKM itu, Ravindra pun menjawab.
“Saya hadir di tengah-tengah para petani dan UMKM ini sudah sejak lama, mereka meminta agar produksi pertanian dan UMKM yang selama ini berjalan lebih meningkat baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Ke depan para petani perlu berorientasi ekspor. Salah satu caranya adalah berubah dari petani tradisional menjadi petani modern yang melek tekhnologi,” papar dia.
Silfa Apriliya (21 tahun) mengaku, sangat termotivasi dengan adanya acara ini.
“Saya masih kuliah di UT semester 3, saya usaha produksi rumahan kerudung pasmina yang dibantu 5 orang yang kerja. Menurut saya acara ini sangat berguna ya jadi bagaimana kita bisa tahu cara menembus pasaran ekspor ke luar negri dan sebagainya ” kata Silfa kepada wartawan yang mewawancarainya.
Tokoh Kabupaten Bogor, Jaro Ade, yang juga memberi sambutan dalam acara ini menyatakan bersyukur akan adanya acara semacam ini. “Ini sangat membantu pelaku UMKM dan petani muda untuk meningkatkan pengetahuan seputar ekspor,” jelas Jaro Ade. {sumber}