Refleksi Akhir Tahun 2024 FPG DPR RI, Mukhtarudin Harap Daya Beli Masyarakat Meningkat

Berita Golkar – Pergantian tahun 2024 dan menyongsong tahun baru 2025 sudah di depan mata. Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR RI Mukhtarudin berharap tahun 2025 pemerintahan Prabowo-Gibran memperhatikan dan memperkuat daya beli masyarakat.

Mengingat, lanjut Mukhtarudin, penurunan daya beli masyarakat yang terjadi belakangan ini dinilai bakal berdampak pada pertumbuhan ekonomi di tahun 2025 nantinya.

“Daya beli masyarakat ini penting ya, karena mencerminkan kondisi perekonomian suatu negara,” kata Mukhtarudin, Selasa (31/12/2024), dikutip dari Jakarta News.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga per kuartal III-2024 tumbuh 4,91 persen. Angka ini mencerminkan penurunan konsumsi rumah tangga, jika dibandingkan dengan kuartal III-2023 yang tumbuh 5,06 persen, maupun kuartal II-2024 yang tumbuh 4,93 persen.

Untuk mengatasi hal tersebut, Legislator asal Dapil Kalimantan Tengah ini mendorong pemerintahan perlu melakukan upaya perbaikan daya beli masyarakat dalam jangka pendek.

“Sebagai solusi jangka pendek, caranya, tahun 2025 ini lebih banyak menciptakan lapangan kerja agar kelompok bawah memiliki pendapatan tetap,” beber Mukhtarudin.

Mukhtarudin mengatakan, tahun depan struktur ekonomi diharapkan lebih banyak ditopang oleh konsumsi. Artinya, jelas Mukhtarudin, mesin-mesin penggerak roda perekonomian harus didukung oleh konsumsi secara dominan.

“Indonesia merupakan negara yang perekonomiannya ditopang oleh konsumsi. Maka ketika konsumsi masyarakat cenderung menurun, pendapatan agregatnya secara bruto akan menurun juga” imbuh Mukhtarudin.

Anggota Komisi XII DPR RI ini menjelaskan, rendahnya tingkat inflasi bukan saja hanya karena keberhasilan mengendalikan harga, tetapi juga berpotensi terkait dengan kemampuan daya beli masyarakat saat ini.

Mukhtarudin menilai inflasi dapat dimaknai seperti dua sisi berbeda dari mata uang yang sama.

Pertama, sebut Mukhtarudin, inflasi rendah bisa dimaknai sebagai keberhasilan pemerintah dan BI dalam menjaga stabilitas harga.

“Namun, yang kedua, inflasi rendah ini juga dapat terjadi akibat rendahnya daya beli masyarakat karena kondisi perekonomian saat Ini,” ucap Muktarudin.

Apalagi, ingat Mukhtarudin, saat ini ketidakpastian global yang tereskalasi selalu memberi tekanan terhadap perekonomian nasional.

Pasalnya, kata Mukhtarudin, harga minyak yang naik tentu akan menekan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun berjalan, karena berkonsekuensi pada membengkaknya nilai belanja atau impor bahan bakar minyak (BBM).

“Karena rantai pasok global yang terganggu akibat perang bisa menjadi penyebab naiknya harga komoditas strategis lainnya, termasuk bahan pangan seperti beras,” tutur Mukhtarudin.

Untuk meminimalisir ekses ketidakpastian global itu, Fraksi Golkar DPR RI meminta pemerintah memaksimalkan pemanfaatan potensi dalam negeri di sektor industri.

“Ya, tentu dengan melindungi pasar tanah air dari serbuan produk impor yang dijual dengan harga dumping,” cetus Mukhtarudin.

Apalagi, tambah Mukhtarudin, sektor manufaktur dalam negeri mampu memenuhi permintaan ragam kebutuhan untuk lebih dari 280 juta jiwa konsumen dalam negeri.

“Jika pemerintah memproteksi dan memandu kebangkitan sektor industri, niscaya tahun 2025 ini akan tercipta jutaan lapangan kerja baru,” tuntas Mukhtarudin. {}