Berita Golkar – Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus merespons bakal capres Anies Baswedan yang menyebut masyarakat Indonesia takut mengkritik bangsa sendiri hingga mengumpamakannya dengan ‘Konoha’. Lodewijk menyinggung kebebasan demokrasi berkaitan dengan Rocky Gerung yang sempat menghina Presiden Jokowi.
“Ya sebenarnya undang-undang tentang itu sudah ada, kita sudah punya undang- undang tentang ITE sedang diperbaiki, kemudian ada hukum pidana yang sudah sangat lama baru diperbaiki dan kembali lagi sebenarnya ada kebebasan katakan dari warga, masyarakat ya untuk mengajukan pendapatnya,” kata Lodewijk di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (29/8/2023).
Lodewijk menyebut publik bisa menyampaikan kritiknya secara bebas. Namun, ada batasan yang membedakan antara ranah kritik dan penghinaan.
“Ada juga dia boleh mengkritik, kenapa dalam mengkritik itu tidak diatur itu adalah delik aduan. Ya kalau orang mengkritik seseorang, konteks bukan kritik lagi, sudah masuk katakan lah menjelek-jelekkan. Nah itu katakan tidak yang menjadi sasaran yg tidak melaksanakan, kan nggak ada artinya,” ujar anggota Komisi I DPR RI ini.
Lodewijk kemudian menyinggung kasus yang dialami oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mendapat sebuah penghinaan. Namun, lanjutnya, pelaku tak langsung ditindak lantaran tidak ada delik aduan dari yang bersangkutan.
“Sama dengan kemarin Pak Jokowi itu, kan beliau tidak melakukan aduan ya dengan Pak Rocky Gerung itu, kan di luar. Aturan kita tidak seperti itu harus presiden yang menyampaikan, nah beliau tidak menyampaikan. Artinya itu delik aduan, jadi sebenarnya bayangin ada seorang pimpinan negara dikatakan seperti itu yang menurut kata kita tidak sopan ya,” tutur Lodewijk.
“Nah itu lah demokrasi kebebasan kita seperti itu tapi kan kembali lagi kita punya nilai-nilai ke-timuran. Kita orang Indonesia sebaiknya mbok ya, gitu ya, jangan kebebasan terlalu bebas terus ngomong seenaknya, nggak, kita tidak begitu juga,” sambungnya.
Anies sebelumnya mengatakan kualitas demokrasi harus ditingkatkan, ia menilai demokrasi bukan hanya soal Pemilu. Hal ini disampaikan Anies dalam pidato di Kuliah Kebangsaan FISIP UI, dengan tema “Hendak ke mana Indonesia Kita? Gagasan, Pengalaman dan Rancangan Para Pemimpin Masa Depan”.
“Kami melihat kualitas demokrasi ini harus ditingkatkan,” kata Anies.
“Kita tadi salah satu menyebut soal kebebasan berekspresi, demokrasi itu bukan hanya ada Pemilu atau tidak, tapi demokrasi itu nilai-nilai yang tumbuh di dalam masyarakat,” sambungnya.
Menurutnya, demokrasi ialah ketika aspirasi diproses tanpa rasa takut. Dia mengatakan aspirasi itulah yang kemudian menjadi keputusan dan dilaksanakan.
“Di mana aspirasi bisa diproses melalui proses politik tanpa rasa takut tanpa tekanan dan kemudian nantinya bisa jadi keputusan-keputusan yang dilaksanakan semuanya dalam kedamaian,” jelasnya.
Anies kemudian menyinggung fenomena banyak warga menggunakan Konoha atau Wakanda saat menyampaikan kritik. Dia menyebut hal itu merupakan salah satu masalah.
“Nah ini yang sekarang sering kali jadi masalah, karena kita menyaksikan di medsos, banyak sekali yang nulis itu nyebutnya Konoha, Wakanda,” ujarnya.
Anies mengatakan hal tersebut menjadi pertanda ada sensor dalam diri warga. Dia juga mencontohkan kritik terhadap polusi udara Jakarta malah menggunakan nama Kota Lahore.
“Apa artinya? Ini menunjukkan ada self censorship, bahkan kemarin ada yang menyebutkan bahwa kota yang polusinya paling buruk namanya Lahore dan lalu mengkritik Kota Lahore habis-habisan, kenapa? Ini tanda-tanda yang tidak sehat,” ujar Anies. {sumber}