DPP, SOKSI  

Robinson Napitupulu Ingatkan Bahlil Lahadalia Tak Pinggirkan Para Senior Dalam Komposisi Kepengurusan DPP Partai Golkar

Berita GolkarTokoh senior organisasi pendiri Partai Golkar, SOKSI (Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia), Robinson Napitupulu mempertanyakan wacana kebijakan yang bakal diterapkan Ketua Umum Bahlil Lahadalia dalam penyusunan pengurus DPP Partai Golkar.

Ia menilai, wacana Bahlil memberi tempat pada generasi muda cukup baik, tapi jangan meminggirkan generasi senior. Hal itu diungkapkan oleh Robinson Napitupulu kepada redaksi Golkarpedia melalui keterangan tertulis pada Rabu (04/09).

“Saya setuju konsepnya memberi tempat generasi muda Partai Golkar dalam kepengurusan. Namun saya tidak setuju penyusunan kepengurusan DPP Partai Golkar tanpa melibatkan dan ada tendensi menyingkirkan para senior yang telah berjasa membesarkan Partai Golkar,” ujar Robinson Napitupulu.

Ia menekankan, sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia seharusnya menciptakan alih generasi tanpa meminggirkan faktor kesinambungan. Prosesnya haruslah berjalan secara alami. Jangan kemudian, Bahlil memaksakan kebijakan yang berlawanan dengan nuansa politik di internal Partai Golkar.

“Faktor kesinambungan perlu diperhatikan. Tidak boleh langsung begitu saja. Saya pikir, proses alih generasi harus berjalan secara alamiah sebagaimana yang sudah dilakukan oleh ketua umum sebelum-sebelumnya. Dan faktor unsur Trikaya sebagai Ormas pendiri juga patut dipertimbangkan, diakomodir dalam kepengurusan, jika ingin partai ini solid,” sambungnya.

Robinson memperingatkan pula Bahlil Lahadalia atas arogansi yang ditunjukkannya belakangan ini. Selain persoalan komposisi kepengurusan, Robinson melihat rekomendasi Pilkada yang telah diberikan DPP Partai Golkar di berbagai daerah telah memantik konflik internal. Dan persoalan ini tak begitu baik untuk Partai Golkar ke depannya.

“Saya selaku kader senior SOKSI dan Partai Golkar sejak tahun 1976, tidak bisa menerima sikap arogansi yang diperlihatkan Bapak Bahlil sejak beliau terpilih sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar 21 Agustus lalu. Walau keterpilihannya secara aklamasi dan diberi mandat sebagai formatur tunggal. Menurut saya hal itu berlebihan, dan belum pernah terjadi dalam tradisi Golkar,” pungkas Robinson. {redaksi}