Berita Golkar – Head of Standing Committee on Environment and Waste Processing Kadin Indonesia, Roosdinal Salim menegaskan pembangunan bendungan laut atau sering dikenal Giant Sea Wall adalah salah satu pilar penting dan strategis untuk menyelematkan Jakarta dan kawasan pantura atau pantai utara Jawa yang kian hari kian terkikis oleh gempuran air laut.
Untuk itu, Roosdinal Salim atau akrab disapa Dinal Salim mendukung penuh perintah Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan Giant Sea Wall guna menyelamatkan kawasan pantura dan lebih khusus Jakarta, yang akan menjadi kota global bersama kota-kota besar dunia lainnya.
Seperti diketahui Presiden Prabowo Subianto secara resmi telah mengumumkan rencana pembangunan Giant Sea Wall (GSW) sebagai salah satu Program Strategis Nasional (KSN).
Infrastruktur raksasa yang juga disebut sebagai Waduk Lepas Pantai (WLP) ini menjadi jawaban atas ancaman banjir rob yang semakin parah di kawasan Pantai Utara Jawa, khususnya Jakarta.
“Fakta di lapangan menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan GSW. Sejumlah wilayah di Jakarta Utara, termasuk Muara Karang dan Muara Angke, kini berada di bawah garis laut. Sebuah masjid yang dulunya berdiri di daratan, kini dikepung air laut. Jika tidak ada langkah cepat dan terukur, sebagian besar wilayah Jakarta Utara berisiko cepar tenggelam dalam waktu dekat,” beber putra Prof Emil Salim (Menteri Senior sejak era Presiden Soeharto) ini.
Dinal menyitir pendapat ekonom senior Prof. Emil Salim yang menegaskan, pembangunan GSW itu penting karena tidak hanya sebagai tembok raksasa penahan air. Akan tetapi sebagai solusi pembangunan berkelanjutan.
“Dulu ayah saya sudah lama memikirkan hal itu. GSW bukan sekadar tembok untuk menahan laut. GSW harus menjadi waduk lepas pantai yang memberi manfaat ekologis, sosial, dan ekonomi sekaligus. Dengan membangun WLP, kita tidak hanya melindungi Jakarta dari ancaman tenggelam. Tetapi juga membersihkan sungai, menciptakan lahan baru, memperluas ruang hijau, dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” urainya.
Warisan Generasi Mendatang
Pembangunan GSW, lanjut Dinal, jauh lebih berdaya guna ketimbang yang pernah ditawarkan oleh pihak asing, Netherlands Climate Delta Commission (NCDC) Belanda.
Dua Konsep, dua arah yakni konsep NCDC Belanda antara lain mengandalkan ribuan pompa listrik berbiaya tinggi, bergantung pada reklamasi dari tanah daratan, yang dapat merusak lingkungan, serta menyisakan risiko keberlanjutan karena biaya operasional yang besar.
Sedangkan konsep Waduk Lepas Pantai (WLP) besutan Prof Emil Salim adalah menghasilkan waduk air tawar raksasa, dua kali luas Waduk Jatiluhur, memanfaatkan sedimen hasil pengerukan 17 kali dan Sungai Citarum, sehingga perairan lebih bersih.
Selain itu dapat menciptakan lahan baru 33 ribu ha (9 ribu ha eks daratan dan 24 ribu ha dari reklamasi) dan menyediakan ruang hijau 10 ribu ha serta peluang pembangunan pelabuhan, bandara, kawasan bisnis, dan perumahan.
“Oleh karena itu, pembangunan Waduk Lepas Pantai akan menjadi warisan bagi generasi mendatang. Kita bisa menghadirkan Jakarta baru yang ramah lingkungan, bebas dari banjir, dan menjadi pusat ekonomi modern tanpa mengorbankan alam dan keanekaragaman hayati. Itu sebabnya, Pemerintahan Pak Prabowo diharapkan tidak terburu-buru memilih konsep. Namun lebih mengedepankan pertimbangan objektif, sinkronisasi antar-kementerian, serta pengawasan ketat dalam pendanaan,” terang Alumni University of Houston, Texas, Amerika Serikat ini.
“GSW adalah mimpi besar bangsa. Jika dibangun dengan benar, Jakarta tidak hanya selamat dari tenggelam, tetapi juga lahir kembali sebagai kota modern yang berkelanjutan, sehat, dan sejahtera. Inilah warisan yang harus kita tinggalkan untuk generasi mendatang,” imbuh politisi Partai Golkar ini.