Selain Negosiasi, Gubernur Lemhanas Ace Hasan Minta Pemerintah Diversifikasi Pasar Hadapi Tarif Trump

Berita Golkar – Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) Ace Hasan Syadzily menuturkan, kebijakan tarif pajak yang dilancarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjukkan pentingnya penguatan ideologi dan nilai kebangsaan di saat kekuatan negara adidaya bertarung di kancah internasional.

Hal itu diutarakan Ace Hasan kepada awak media, Kamis (24/4/2025) siang, usai membuka kegiatan Program Pemantapan Nilai-Nilai Kabangsaan (PPNK) yang diikuti ratusan dosen, guru dan widyaiswara di DIY. Gubernur Lemhanas mengingatkan fenomena tarif Trump saat ini merupakan bentuk perlindungan berlebihan (proteksionisme) terhadap produk AS sendiri.

“Tentu bagi Indonesia, langkah yang harus dilakukan dengan melakukan negosiasi adalah langkah yang tepat. Namun, kami juga mendorong kepada pemerintah untuk melakukan diversifikasi pasar,” ujarnya, di Artotel Suites Bianti, Yogyakarta, dikutip dari RRI.

Ace Hasan menegaskan, Indonesia tidak boleh hanya bergantung pada pasar AS untuk ekspor. Membuka pangsa pasar baru dan juga memperkuat pasar domestik, termasuk perkuatan industri dalam negeri menjadi kewajiban yang harus dilakukan bersama-sama.

“Kedua, kami mendorong kepada pemerintah pentingnya kita memperkuat industri dalam negeri kita, dan masyarakat kita dorong untuk mencintai produk dalam negeri ini. Hanya dengan kita memperkuat ketahanan dalam negeri, atau ketahanan nasional kita, kita akan kuat,” katanya.

Gubernur Lemhanas menegaskan, pengenaan tarif Trump sebesar 32 persen untuk Indonesia tidak akan berdampak luas bagi ekonomi nasional jika penguatan industri dan hilirisasi dapat dipercepat. Politisi asal Partai Golkar itu juga berharap akan terjadi relokasi industri skala besar ke Tanah Air apabila pasar domestik kuat.

“Kami juga mendorong, dalam retret kepala daerah yang lalu, agar kemudahan investasi itu bisa dijalankan dengan sebaik-baiknya. Dan salah satu indikatornya adalah soal nilai ICOR kita yang masih cukup tinggi yaitu nilainya di atas 6,” ucapnya.

Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau nilai efisiensi investasi di Indonesia masih terbilang tinggi yaitu di angka 6,33 berdasarkan hasil survei tahun 2023. Dari angka itu dijabarkan, untuk menghasilkan satu unit output, Indonesia membutuhkan penambahan modal sebesar 6,33 unit.

Nilai ICOR Indonesia juga lebih tinggi jika dibandingkan negara-negara ASEAN yang hanya di kisaran 4-5 persen. “Seharusnya ICOR kita harus diperbaiki sehingga banyak pelaku usaha di luar negeri yang dengan adanya kejadian (tarif Trump) saat ini, bisa melakukan realokasi manufakturnya ke Indonesia,” ujar Ace, menandaskan. {}