DPP  

Survei Terbaru Poltracking: Elektabilitas Partai Golkar Posisi Tiga Dengan 10,1 Persen

Berita Golkar – Lembaga Survei Poltracking merilis hasil survei terkait elektabilitas partai politik atau parpol menjelang pendaftaran capres-cawapres 2024. Hasilnya, PDIP unggul dengan 24,4%, disusul Partai Gerindra dan Partai Golkar.

Hasil survei dirilis pada Sabtu (7/10/2023) dan dilakukan pada periode 3-9 September 2023. Populasi dari survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang minimal telah berusia 17 tahun atau telah memiliki KTP.

Jumlah sampel sebesar 1.220 responden, diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara acak bertingkat atau multistage random sampling. Margin of error +/- 2,9% pada tingkat kepercayaan sebesar 95%.

Poltracking menggunakan teknologi aplikasi dimana responden memilih langsung pilihan survei yang disediakan melalui gawai.

Hasil survei elektabilitas parpol menjelang Pemilu 2024 sebagai berikut:

1. PDIP 24,4%
2. Gerindra 16,7%
3. Golkar 10,1%
4. PKB 9,3%
5. NasDem 9,1%
6. Partai Demokrat 6,9%
7. PKS 5,3%
8. PAN 4,3%
9. PPP 3,3%
10. Perindo 2,0%
11. PSI 0,3%
12. Partai Ummat: 0,2%
13. Partai Kebangkitan Nusantara (PKN): 0,2%
14. Partai Bulan Bintang (PBB): 0,1%
15. Partai Garuda: 0,1%
16. Partai Hanura: 0,1%
17. Partai Gelora: 0,1%
18. Partai Buruh: 0,1%

Tidak tahu/tidak jawab 7,4%

Direktur Riset Poltracking Indonesia, Arya Budi menjelaskan survei tersebut diambil pada awal September. Dia mengatakan ada dinamika terbaru, di mana Kaesang Pangarep resmi menjadi Ketua Umum PSI yang baru.

“Bisa jadi angka elektabilitas partai berubah, bukan hanya PSI yang berubah tapi bisa jadi beberapa partai lain ada perubahan,” kata Arya Budi dalam konferensi pers.

Dia juga memaparkan terkait tren pergerakan partai. Berdasarkan survei yang dipaparkan, Arya mengatakan PDIP dan Gerindra konsisten mengalami kenaikan terlebih saat memasuki tahun politik. “PDIP konsisten di angka diatas 20% dan sedikit mengalami kenaikan di tahun politik,”ujarnya.

“Kemudian ada Partai Gerindra juga mengalami kenaikan lebih jelas dari akhir tahun 2022 masih sekitar 11%, kemudian mengalami kenaikan agak lumayan (menjadi) 16%. Bisa jadi ini equal dengan efek yang dihasilkan oleh elektabilitas Prabowo. Jadi pemilih Prabowo kemudian tertarik untuk memilih Gerindra,” lanjutnya. {sumber}