Berita Golkar – Ketua DPD II Partai Golkar Indramayu, H. Syaefudin menekankan agar pembangunan Indramayu ke depan haruslah mengedepankan kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Meski terbilang sebagai daerah yang miliki banyak sumber daya alam, selama ini menurutnya pembangunan di Indramayu tak memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan ekonomi rakyat.
“Jumlah penduduk miskin di Indramayu menjadi yang tertinggi di Jawa Barat, yakni sebesar 12,13 persen di tahun 2023. Padahal kita punya sumber minyak, kita adalah lumbung padi nasional, tapi kenapa masih banyak rakyat yang miskin? Bagi saya hal ini merupakan dampak dari pembangunan yang mengesampingkan kepentingan rakyat,” ujar Syaefudin kepada redaksi Golkarpedia melalui keterangan tertulis pada Rabu (03/07).
Syaefudin lantas menjelaskan, bahwa memajukan ekonomi masyarakat Indramayu memang bukan pekerjaan mudah. Namun dengan visi dan kebijakan yang tepat, ia yakin Indramayu bisa memberikan kesejahteraan untuk masyarakatnya. Formulasi yang hendak disampaikan Syaefudin adalah basis data yang akurat, penguatan ekonomi rakyat, reformasi birokrasi, serta intensifikasi potensi ekonomi.
“Kita harusnya berpegang pada data, termasuk dalam mengeluarkan kebijakan. Setelah data kita pegang, baru program-program yang sifatnya meningkatkan ekonomi masyarakat dijalankan. Reformasi birokrasi juga penting, proses perizinan harus lebih disederhanakan. Indramayu harus berani berbenah, mengusung visi kota cerdas dengan digitalisasi di berbagai sektor pelayanan masyarakat,” papar Syaefudin.
“Paling penting adalah intensifikasi potensi ekonomi. Kita harus memetakan, potensi apa yang dapat memberi dampak secara komunal pada kesejahteraan ekonomi rakyat. Kita punya sumber minyak, ada kilang Balongan, itu harus kita kaji seberapa besar dampak ekonomi bagi masyarakat selama ini. Tata kelola pertanian juga perlu dibenahi agar petani ikut merasa sejahtera,” sambung Syaefudin.
Selain itu, Syaefudin merasa perlu mengubah paradigma pembangunan di Indramayu. Menurutnya selama ini, banyak masyarakat Indramayu yang keluar daerah, pulang hanya saat lebaran. Tak hanya itu, di saat mudik tiba, Indramayu biasanya hanya menjadi tempat persinggahan. Perubahan paradigma pembangunan perlu dilakukan agar Indramayu tak lagi menjadi tempat persinggahan, tetapi juga tujuan.
“Selama ini karakter Indramayu hanya jadi tempat persinggahan masyarakat. Kita rubah paradigmanya agar Indramayu bisa menjadi tujuan masyarakat. Kita perbanyak ruang terbuka hijau, komunitas kebudayaan juga harus kita beri perhatian, potensi pariwisata kita hidupkan. Kita bisa kembangkan pariwisata pertanian, desa-desa kita hijaukan, agar masyarakat betah,’ tutur alumni Universitas Wiralodra ini.
“Jika sudah menjadi tujuan, maka aktivitas ekonomi makin tinggi. Dengan begitu sebaran kesejahteraan bagi masyarakat akan terwujud. Sekrup-sekrup ekonomi masyarakat di pedesaan bisa hidup. Saya yakin, dengan perubahan paradigma pembangunan, kita bisa mewujudkan Indramayu yang ‘Mulih Harja’,” pungkas Syaefudin. {redaksi}