Syamsuar Gelar Kampanye Dialogis Dengan Emak-Emak Petani Karet, Guru Honorer, Hingga IRT di Bengkalis

Berita Golkar Di pengujung kampanye nomor urut 3, Syamsuar-Mawardi (Suwai), di Desa Pinggir, Bengkalis, Selasa petang (1/10/2024), di rumah Zulkadri, ratusan emak-emak yang hadir berkesempatan untuk bertanya langsung kepada calon Gubernur Syamsuar.

Bu Ani, bukan main senang hatinya bisa berjumpan langsung dengan calon gubernur Riau yang menjadi idolanya. Sehingga Bu Ani adalah emak-emak yang pertama kali mengangkat tangan untuk bertanya langsung kepada Syamsuar.

Bu Ani ternyata menyimak betul apa yang disampaikan Syamsuar. “Tadi Bapak terus saja bicara soal sawit, jadi petani karet macam kami macam mana, Pak. Soalnya kami tidak punya sawit Pak, kami hanya ada karet apakah kami juga diperjuangkan, Pak,” ucap Bu Ani dikutip dari Riau Kepri.

Bu Tuti, perempuan bercadar yang mengaku dia mewakili guru honorer di sekolah swasta, bertanya apakah kami guru honorer yang sudah lama mengajar ada pengangkatan menjadi PNS?

Marsiah, ibu rumah tangga menutup sesi tanya jawab dengan Syamsuar. Megawali pertanyaanya, Marsiah menyebutkan, kalau dia salah bertanya Bapak jangan marah ya. “Saya ikut BPJS, golongan tiga, karena anak saya banyak saya tak sanggup membayar bulanan BPJS. Pas saya sakit, saya harus bayar tunggakan BPJS di rumah sakit. Saya sudahlah sakit, disuruh membayar tunggakkan hingga tiga jutaan, macam mana tu, Pak,” tanya Marsiah.

Menjawab pertanyaan Bu Ani terkait petani karet, Syamsuar mengawalinya dengan kisah orangtuanya yang dulu seorang petani karet.

“Bagi kami sama saja, baik petani sawit dan petani karet, kami perjuangkan. Apalagi petani karet ini sangat dibutuhkan. Hanya saja, petani sawit ini regulasinya sangat rumit, dan tadi saya sudah jelaskan juga akan membangun lumbung pangan, ini termsuk upaya kami peduli terhadap nasib petani, termasuk petani karet,” jawab Syamsuar.

Sedangkan terkait pertanyaan guru honorer di sekolah swasta, jelas Syamsuar, bisa saja diangkat jadi PNS namun guru honor tersebut terlebih dahulu mengajar di sekolah negeri. Sebab, di sekolah swasta itu tanggung jawab dan wewenangnya ada pada yayasan, dan setahu Syamsuar ada juga gaji guru honorer di sekolah swasta sangat besar melebihi dari gaji guru PNS.

“Jadi, kalau ibu mengajar di sekolah swasta rasanya berat untuk dijadikan PNS, namun kalau ibu ingin pindah ke sekolah negeri bisa kita bantu. Sehingga Ibu nantinya bisa menjadi CPNS,” jawab Syamsuar.

Persoalan BPJS yang dialami Ibu Marsiah, ucap Syamsuar, memang banyak dihadapi masyarakat. Persoalan tungakkan ini sebetulnya beda dengan persoalan biaya pengobatan sakit. Sebab, soal biaya rumah sakit gratis ditanggung pemerintah. Artinya, seharusnya dilayani dulu atau dikasi dulu pelayan terhadap orang sakit, bukan meminta biaya tunggakan BPJS.

“Ketika saya jadi Gubernur Riau, sudah ada kerja sama antara pemerintah Provinsi Riau dengan kabupaten/kota dan BPJS. Untuk pelayanan kesehatan gratis, cukup menunjukan KTP saja, 55 persen biayanya ditanggung Provinsi Riau dan 45 persen ditanggung kabupaten/kota,” kata Syamsuar. {}