Berita Golkar – Juru bicara DPP Partai Golkar, Tantowi Yahya merasa miris ketika membaca berita tentang banyak Caleg incumbent yang tak terpilih kembali di Pemilu 2024. Jikapun mereka terpilih, suaranya hanya pas-pasan untuk memenuhi satu kursi, padahal mereka tidak berkompetisi di Dapil baru. Hal ini disampaikan oleh Tantowi Yahya melalui akun instagramnya @tantowiyahyaofficial.
Secara teori menurut Tantowi Yahya, harusnya mereka bakal mudah terpilih kembali karena memiliki modal telah mengenal setiap sudut Dapil termasuk masyarakatnya. Namun ternyata tidak demikian faktanya. Lantas apa penyebab begitu banyak Caleg incumbent yang memiliki modal nama besar tetapi gagal untuk kembali duduk di Senayan?
“Rata-rata dari mereka kurang intens dalam merawat Dapil. Sikap Take it For Granted (sudah pasti terpilih) menghinggapi mereka, sehingga lalai menjaga kesetiaan pemilih. Sementara pendatang baru, baik dari dalam maupun luar partai sangat intens berjuang,” tulis Tantowi Yahya dikutip redaksi Golkarpedia dari akun instagramnya @tantowiyahyaofficial.
“(Caleg pendatang baru) terus mendekati dan meyakinkan masyarakat agar dipilih. Pergerakan mereka lakukan tanpa perlu menunggu masa kampanye,” sambung Tantowi Yahya lagi.
Ditambahkan oleh mantan Duta Besar Selandia Baru ini, masih maraknya sikap Nomor Piro Wani Piro (NPWP) di masyarakat hingga disebut sebagai Pemilu paling brutal karena begitu masif money politics terjadi membuat Caleg incumbent kecolongan.
“Sikap Nomor Piro Wani Piro (NPWP) di kalangan masyarakat benar-benar mencapai puncaknya di Pemilu kali ini. Masyarakat menjadi sangat pragmatis. Mereka dagang suara. Uang diterima dari semua yang ngasih, tapi suara diberikan kepada yang paling tebal amplopnya,” tutur Tantowi Yahya.
Para Caleg incumbent kecolongan atas politik transaksional yang terjadi. Atas sebab sudah merasa memiliki nama besar, dekat dengan masyarakat, telah menggelontorkan berbagai program aspirasi selama duduk di kursi DPR mereka lupa bertransaksi suara. Hal ini bagi Tantowi Yahya adalah sebuah keniscayaan.
“Karena sudah merasa dekat dengan pemilih, banyak caleg incumbent yang lengah terhadap fenomena ini. Mereka harus ikhlas merelakan kursinya diduduki orang baru yang bisa jadi lebih baik dari mereka,” ungkapnya.
Tantowi Yahya sendiri mengaku sempat terbesit keinginan untuk maju sebagai Caleg pada Pemilu 2024 setelah purna tugas sebagai Duta Besar Selandia Baru. Apalagi partai memberi dukungan penuh. Namun setelah berkonsultasi dengan keluarga, niat itu urung ia lakukan. {redaksi}