KPPG  

Tati Noviati Jelaskan Nilai Strategis KPPG Dalam Arsitektur Kekuasaan Baru Partai Golkar

Berita GolkarKesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) menegaskan komitmennya memperkuat peran perempuan sebagai aktor utama kekuasaan politik, bukan sekadar pelengkap struktur partai. Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal PP KPPG, Tati Noviati, saat membawakan sesi pertama Orientasi Pelatihan Peningkatan Kapasitas SDM Kader Perempuan Partai Golkar bertema “Politik Perempuan, Kekuasaan, dan Masa Depan Partai Golkar”.

Menurut perempuan yang biasa dipanggil Novianty ini, orientasi pelatihan ini bukan hanya agenda seremonial, melainkan momentum strategis untuk meneguhkan kesadaran politik kader perempuan Golkar dalam menghadapi tantangan demokrasi ke depan, khususnya menuju Pemilu 2029.

“Partai Golkar takkan memenangkan masa depan tanpa perempuan yang berdaya, terorganisir, dan memimpin. KPPG hadir bukan sebagai pelengkap, tetapi sebagai pilar kekuatan politik yang menentukan daya hidup dan daya saing Golkar,” kata Novianty.

Perempuan sebagai Subjek Kekuasaan

Lebih lanjut, Novianty menekankan bahwa selama ini perempuan kerap diposisikan sebagai objek kebijakan, bukan subjek pengambil keputusan. Padahal, tanpa perspektif perempuan, kekuasaan politik akan selalu timpang dan tidak utuh.

“Negara dan partai yang kuat adalah yang mampu mengorganisir seluruh potensi sosialnya. Perempuan bukan hanya pemilih, tetapi pembentuk opini, penggerak keluarga, dan pengikat komunitas. Itulah fondasi filosofis kehadiran KPPG,” ujarnya.

Ia menambahkan, sebagai partai modern, Golkar memahami bahwa representasi perempuan bukan sekadar tuntutan regulasi, melainkan kebutuhan strategis dalam membangun kekuasaan yang berkelanjutan.

Posisi Strategis KPPG

Dalam paparannya, Tati menjelaskan bahwa KPPG menempati posisi unik dan strategis dalam arsitektur Partai Golkar. Perempuan merupakan separuh populasi dan pemilih Indonesia, memiliki pengaruh sosial yang kuat di tingkat keluarga dan komunitas, serta didukung jaringan organisasi KPPG yang tersebar hingga daerah paling kecil.

“Ketika KPPG bergerak secara terkoordinasi, Golkar memiliki keunggulan kompetitif yang tidak dimiliki partai lain. Ini adalah mesin politik-sosial yang bekerja dari bawah ke atas,” jelasnya.

Menjawab Tantangan Politik ke Depan

Novianty menilai demokrasi Indonesia ke depan akan semakin kompetitif, digital, dan berbasis persepsi publik. Dalam konteks ini, perempuan memiliki keunggulan alami berupa empati sosial, kedekatan komunitas, dan legitimasi moral. Namun, keunggulan tersebut hanya akan menjadi kekuatan politik jika diorganisir secara sistematis dan dibekali kapasitas kepemimpinan.

“Pelatihan ini mengambil peran strategis untuk memastikan perempuan Golkar siap tampil sebagai subjek kekuasaan, berani memimpin, dan mampu mengambil keputusan,” tegasnya.

KPPG Menuju Pemilu 2029

Lebih lanjut, Tati menegaskan bahwa menuju Pemilu 2029, KPPG diarahkan menjadi mesin konsolidasi pemilih perempuan, pusat kaderisasi calon pemimpin dan caleg perempuan, serta penghubung antara kebijakan partai dan kebutuhan riil perempuan di masyarakat.

“Pelatihan ini adalah investasi politik jangka panjang. Kita sedang membangun arsitektur kekuatan perempuan Golkar, bukan hanya keterampilan individu,” ujarnya.

Satu Komando, Satu Barisan

Novianty juga menekankan pentingnya disiplin organisasi dan kesatuan gerak. Menurutnya, energi besar kader perempuan di daerah hanya akan berdampak jika bergerak dalam satu komando dengan arah dan target yang jelas.

“Disiplin organisasi bukan untuk membatasi kreativitas, tetapi untuk memastikan seluruh energi bergerak menuju tujuan yang sama: kemenangan Partai Golkar,” katanya.

Pelatihan ini dirancang untuk membangun lima kapasitas utama kader KPPG, yakni kesadaran ideologis dan politik, kepemimpinan perempuan, komunikasi publik, literasi digital, serta kemampuan konsolidasi dan rekrutmen kader.

Novianty menegaskan, output pelatihan ini bukan sekadar sertifikat, melainkan rencana tindak lanjut yang konkret di daerah masing-masing. “Kita ingin peserta pulang sebagai agen perubahan, penggerak struktur, dan penyambung strategi pusat dengan kerja lapangan,” pungkasnya.

Leave a Reply