Berita Golkar – Anggota Komisi V DPR RI Tubagus Haerul Jaman meminta kepada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprioritaskan pemasangan alat pendeteksi dini gempa dan tsunami di daerah sepanjang Selat Sunda.
Apalagi, menurut dia, BMKG belakangan ini telah menyampaikan bahwa bakal terjadi gempa megathrust atau gempa bumi yang berkekuatan besar dan kemungkinan menimbulkan tsunami di beberapa wilayah di Indonesia.
Sebagai anggota DPR yang berasal dari daerah pemilihan (dapil) Banten II, Tubagus meminta BMKG memprioritaskan pemasangan alat deteksi dini gempa dan tsunami tersebut di daerah sepanjang Selat Sunda seperti Tangerang, Banten sampai Lebak.
“Tentunya di dapil kami di Banten salah satunya wilayah yang disebutkan. Ternyata di Selat Sunda, di pantai dari Tangerang, Banten, Pandeglang sampai Lebak hanya ada lima alat pendeteksi gempa atau tsunami,” kata Tubagus dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan BMKG dan Basarnas di kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (27/8/2024), dikutip dari YouTube TV Parlemen.
“Kami berharap besök akan ada tambahan. Untuk wilayah Lebak itu belum ada. Kemudian juga Cilegon, Tangerang juga. Saya berharap agar ada dilengkapi karena ini sangat penting. Ketika ada alat ini kan ketika ada terjadi, mudah-mudah tidak ada, ini bisa jadi peringatan untuk masyarakat tentunya di Banten. Ini tolong dijadikan prioritas,” ujarnya lagi.
Kemudian, Tubagus menegaskan bahwa pemasangan alat deteksi dini tersebut tetap harus menjadi prioritas di tengah keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh BMKG. “Walaupun dengan keterbatasan yang ada, tentu ini jadi prioirtas juga karena nyawa manusia tidak bisa di apa, segalanya sangat penting menurut kami,” katanya.
Anggota DPR dari fraksi Partai Golkar ini pun berharap anggaran BMKG bisa bertambah saat pembahasan dengan badan anggaran (banggar) nantinya. Sehingga, pengadaan alat deteksi dini gempa dan tsunami tersebut bisa dipasang di daerah-daerah yang disebut rawan.
“Walaupun dengan anggaran yang cukup terbatas dan kemudian kita berharap juga banggar, anggaran BMKG bisa bertambah ke depannya sehingga dapat memperioritaskan hal-hal yang urgen,” ujar Tubagus.
Lebih lanjut, masih terkait proyeksi megathrust, dia juga meminta BMKG melakukan upaya sosialisasi terkait sistem evakuasi kepada masyarakat di wilayah-wilayah sekitar pantai.
Sebelumnya, BMKG menyoroti dua wilayah yang berpotensi terjadi gempa megathrust, yakni daerah di zona Selat Sunda dan Mentawai-Siberut. Zona megathrust segmen Selat Sunda sebagian terbentang di Selatan Jawa-Bali, sementara zona megathrust Mentawai-Siberut di barat Sumatera.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan bahwa gempa megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut tinggal menunggu waktu. Pasalnya, keberadaan zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut dinilai sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Dikutip dari Antaranews, seismic gap tersebut harus diwaspadai karena dapat melepaskan energi gempa signifikan yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Selain itu, data BMKG juga menunjukkan bahwa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut sudah lama tidak terjadi gempa besar. {sumber}