Berita Golkar – Anggota Komisi VII DPR RI Mukhtarudin mendorong industri hilir logam dasar ditingkatkan di tengah perlambatan ekonomi global yang sedang terjadi saat ini.
Mengingat, politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini bilang selama ini industri logam dasar yang dikenal sebagai mother of industry tersebut telah berperan penting memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
“Ya tentu kita tahu, kinerja industri logam dasar terus menunjukkan daya saingnya di kancah global,” tutur Mukhtarudin, Minggu, 14 April 2024.
Anggota Banggar DPR RI ini pun mengaku hal tersebut terlihat dari adanya lonjakan permintaan luar negeri, terutama pada produk bijih nikel, feronikel, nikel matte, dan nikel pig iron.
“Performa yang gemilang ini terbukti mendorong pertumbuhan industri logam dasar yang mencapai double digit, yakni sebesar11,49 persen (y-o-y) sepanjang kuartal II tahun 2023,” beber Mukhtarudin.
Untuk itu, Mukhtarudin berharap Kementerian Perindustrian turut berperan aktif dalam mendukung penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di tanah air.
“Pembangunan SDM ini penting guna mendukung industri terintegrasi logam dan nonlogam di sejumlah wilayah di Indonesia,” pungkas Mukhtarudin.
Untuk diketahui, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa sektor hilir industri logam dapat memberikan value added serta multiplier effect bagi peningkatan daya saing ekonomi bangsa.
Agus mengatakan guna meningkatkan kemampuan industri logam dasar nasional itu, Kemenperin pun bertekad mendorong sektor ini semakin aktif berinovasi melalui penggunaan teknologi terkini seiring dengan perkembangan industri 4.0.
“Upaya ini dapat menciptakan diversifikasi produk sesuai kebutuhan pasar,” kata Agus.
Menperin mengatakan industri baja merupakan sektor esensial bagi pengembangan sektor industri penting lainnya, di antaranya konstruksi, alat transportasi, energi, alat pertahanan, infrastruktur, termasuk juga proyek pembangunan IKN.
Selain itu, dalam pengembangan industri logam dasar nasional, Menperin telah menerapkan berbagai kebijakan strategis seperti optimalisasi pengendalian impor, penerapan TKDN, verifikasi kemampuan industri baja nasional, promosi investasi produk baja, pengenaan tarif maupun tindakan non-tarif, penerapan SNI, serta pemberian fasilitas fiskal dan non-fiskal.
“Kami juga mendukung transformasi industri baja nasional menjadi industri hijau sesuai dengan target kami untuk mencapai target NZE pada tahun 2050 di sektor industri,” pungkas Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita. {sumber}