Berita Golkar – Wakil Gubernur Jawa Barat (Wagub Jabar) Erwan Setiawan menyebutkan pesawat N219 bisa digunakan saat penanggulangan bencana alam yang lokasinya tidak dapat ditempuh dengan transportasi darat.
Menurut Erwan bahwa Pemerintah Provinsi Jabar bakal melakukan kolaborasi dengan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) terkait penggunaan pesawat N219 untuk kegiatan kedaruratan seperti penanganan bencana alam.
“Insyaallah berbulan-bulan ke depan kita bisa bekerja sama untuk beberapa keperluan di antaranya adalah untuk medis (jika ada kebencanaan) karena pasti banyak di daerah-daerah kita yang mungkin tidak bisa terjangkau oleh kendaraan lewat lajur darat,” tutur Erwan usai melihat secara langsung berbagai produk unggulan PTDI seperti pesawat N219 di Kantor PTDI, Kota Bandung, ditulis Rabu (4/6/2025), dikutip dari Liputan6.
Selain melihat produk PTDI, Erwan juga menyampaikan implementasi Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang mencakup bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.
Erwan mengatakan diharapkan nantinya kolaborasi antara pemerintah daerah dengan PTDI tersebut dapat memudahkan pendistribusian bantuan terhadap warga yang terdampak bencana alam di pelosok wilayah Jabar.
“Ketika terjadi bencana langsung kita bisa melaksanakannya bantuan dengan secepat mungkin menggunakan N219 ini, yang biasa melalui jarak harus lima jam, enam jam pakai N219 ini bisa lebih cepat, ya mungkin 35 menit,” ucap Erwan.
Sementara itu Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan mengapresiasi bentuk dukungan dan perhatian Pemda Provinsi Jabar terhadap produk pesawat N219.
Gita berkomitmen akan berkolaborasi dengan menyediakan pesawat N219 apabila ada kebencanaan untuk memudahkan pengiriman logistik terhadap warga yang terdampak.
“Kami sangat mengapresiasi dukungan dari Pemerintah Provinsi Jabar, khususnya ketertarikannya untuk melihat N219. Ini digunakan insyaallah dalam jangka dekat sebagai transportasi untuk beberapa keperluan di Provinsi Jawa Barat, termasuk pertolongan kebencanaan,” tutur Gita.
Dilansir laman PTDI, N219 Nurtanio memiliki penampilan khas pesawat Short Take-Off and Landing (STOL). Konfigurasi sayap tinggi (high-wing) tidak hanya memberikan stabilitas aerodinamis pada kecepatan rendah, tetapi juga menjaga mesin turboprop Pratt & Whitney Canada PT6A-42 dan baling-baling terkena serpihan batu saat beroperasi di landasan darurat.
Sekilas, desain N219 mirip dengan Cessna SkyCourier. Keduanya dikembangkan dalam waktu yang hampir bersamaan. Seperti halnya Cessna SkyCourier, N219 dirancang dengan fixed tricycle landing gear (roda pendarat tetap) yang kokoh.
Tujuan penggunaan roda pendarat seperti ini untuk menyederhanakan sistem, menekan biaya perawatan, dan meningkatkan durabillitas pesawat di lapangan.
Salah satu keunggulan utama N219 adalah desain kabin dan pintunya, yang memberikan fleksibilitas tinggi. Pintu kabin yang fleksibel dan pintu kargo yang lebar memudahkan konfigurasi ulang dari angkutan penumpang menjadi angkutan kargo atau bahkan evakuasi medis.
Memasuki ruang kokpit, N219 menampilkan teknologi modern yang setara dengan pesawat sekelasnya di dunia. Pesawat ini dilengkapi dengan sistem avionik full glass cockpit Garmin G1000 NXi. Cessna SkyCourier juga menggunakan avionik buatan Garmin ini.
Layar digital besar yang terpasang di dashboard pesawat untuk melengkapi sistem avionik G1000 NXi dapat menyajikan seluruh informasi penting mulai dari data penerbangan, navigasi, hingga status mesin secara jernih dan intuitif.
Kehadiran Garmin G1000 NXi secara signifikan juga mengurangi beban kerja pilot dan meningkatkan kesadaran situasional.
Kokpit N219 juga dilengkapi dengan sistem autopilot dan Terrain Awareness and Warning System (TAWS), yang sangat krusial untuk meningkatkan keselamatan penerbangan saat bermanuver di wilayah pegunungan atau perbukitan. Teknologi ini memungkinkan N219 untuk dioperasikan dengan aman bahkan oleh satu orang pilot.
Di pasar pesawat terbang, N219 Nurtanio bersaing langsung dengan pesawat utilitas legendaris seperti De Havilland Canada DHC-6 Twin Otter, LET L-410 Turbolet, dan Cessna SkyCourier.
Dibandingkan ketiga pesaingnya itu, N219 menawarkan sejumlah keunggulan. Meskipun SkyCourier unggul dalam kecepatan, N219 memiliki kelebihan dalam kemampuan STOL.
Dibandingkan Twin Otter yang merupakan desain era 1960-an, N219 menawarkan teknologi avionik yang lebih modern dan kabin yang lebih lapang, serta harga per unit dan biaya operasional yang diklaim lebih kompetitif.
Sayangnya hingga kini, tak satu pun N219 diproduksi dan beroperasi komersial, baik di dalam negeri apalagi di luar negeri, seperti halnya Cessna SkyCourier atau Twin Otter itu, sehingga segala klaim keunggulannya belum dapat dibuktikan langsung di lapangan.
Sejarah Pesawat N219
Sejarah pengembangan N219 merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan. Program ini digagas bersama oleh PTDI dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yang kini terintegrasi dalam Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Tujuannya jelas, menciptakan pesawat yang mampu mendarat dan lepas landas di landasan pacu pendek dan tidak beraspal (Short Take-Off and Landing – STOL), sesuai dengan kondisi geografis Indonesia yang beragam.
Setelah melalui fase desain dan riset mendalam, purwarupa pertama N219 berhasil melakukan penerbangan perdananya pada 16 Agustus 2017 di Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Momen bersejarah ini menjadi tonggak penting bagi industri penerbangan nasional.
Nama “Nurtanio” disematkan langsung oleh Presiden Joko Widodo, sebagai penghormatan kepada Laksamana Muda Udara (Anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo, seorang perintis industri penerbangan Indonesia.
Proses sertifikasi menjadi tahap krusial berikutnya. Setelah menjalani ratusan jam uji terbang yang ketat, N219 Nurtanio akhirnya berhasil mengantongi Type Certificate dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan pada Desember 2020.
Sertifikasi ini menegaskan bahwa N219 telah memenuhi standar kelaikudaraan dan siap untuk diproduksi massal serta dikomersialisasikan, minimal untuk pasar domestik di Indonesia.
N219 Nurtanio diklaim bukti nyata kebangkitan dan kemampuan industri dirgantara Indonesia. Lahir dari kebutuhan untuk menghubungkan wilayah-wilayah terpencil di kepulauan Indonesia, pesawat ini dirancang oleh putra-putri bangsa di bawah naungan PTDI untuk menjadi solusi transportasi perintis yang tangguh, efisien, dan serbaguna. {}