Walikota Effendi Edo Tegaskan Pariwisata Cirebon Harus Bergerak dari Narasi ke Aksi Nyata

Berita Golkar – Arah pembangunan pariwisata Kota Cirebon ditegaskan Wali Kota Effendi Edo dalam forum silaturahmi lintas daerah di Tangerang Selatan. Ia menilai kekayaan budaya dan sejarah Cirebon perlu ditransformasikan menjadi gerakan nyata melalui kolaborasi semua sektor.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam malam silaturahmi bertajuk Menyatukan Langkah dan Menguatkan Cirebon yang digelar di The Radiant Center, Tangerang Selatan, Jumat (19/12/2025). Forum ini dihadiri kepala daerah, tokoh masyarakat, serta pegiat seni dan budaya.

Effendi Edo menilai narasi kejayaan masa lalu tidak cukup untuk menggerakkan sektor pariwisata. Menurutnya, tanpa langkah konkret di lapangan, potensi budaya hanya akan menjadi cerita tanpa dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat.

“Cirebon kaya akan sejarah dan budaya, tapi jika kita hanya berdiam diri tanpa aksi nyata, semuanya akan percuma. Mari kita berhenti hanya bicara soal potensi dan mulai lakukan sesuatu yang nyata untuk Cirebon yang lebih maju,” tegas Wali Kota, dikutip dari CiremaiToday.

Ia juga menyoroti pentingnya kerja bersama dalam merealisasikan visi pembangunan Kota Cirebon periode 2025–2029. Pemerintah Kota menempatkan pariwisata dan kebudayaan sebagai penggerak ekonomi daerah dengan pendekatan terintegrasi, tanpa meninggalkan identitas lokal.

Menurutnya, dialog lintas pemangku kepentingan menjadi ruang strategis untuk menyamakan arah antara pemerintah dan komunitas budaya. Keselarasan visi sejak awal dinilai penting agar pembangunan berjalan seiring dengan nilai-nilai peradaban Cirebon.

“Langkah ini diharapkan mampu menciptakan ekosistem pariwisata yang tidak hanya indah secara fisik, tetapi juga hidup secara nilai,” tuturnya.

Sejalan dengan arahan tersebut, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya, memaparkan peta jalan pengembangan pariwisata dengan konsep setara dan berkelanjutan. Strategi ini disusun sebagai fondasi kebijakan pariwisata hingga 2029.

“Kita tidak hanya membangun fisik, tetapi menghidupkan kembali roh ‘Living Heritage’ di kawasan keraton agar menjadi pusat budaya dan sejarah yang mendunia. Inilah wujud aksi nyata kita dalam menjaga warisan leluhur sekaligus mengemasnya secara profesional untuk menarik wisatawan,” ungkap Agus Sukmanjaya.

Ia menjelaskan sejumlah kawasan prioritas telah dipetakan, mulai dari wisata keraton seperti Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan, dan Kaprabonan, wisata bahari Kejawanan, hingga revitalisasi Kawasan Kota Lama. Setiap kawasan dirancang memiliki landmark khas dan fasilitas publik yang ramah pengunjung serta selaras dengan nilai sejarah.

Pengembangan pariwisata juga diarahkan berbasis kewilayahan. Kecamatan Kejaksan difokuskan pada penataan kawasan perdagangan dan revitalisasi Kali Sukalila. Lemahwungkuk diarahkan pada penguatan ekonomi pesisir. Sementara Kesambi, Harjamukti, dan Pekalipan diproyeksikan sebagai pusat layanan publik, pemberdayaan UMKM urban farming, serta sentra kuliner berbasis ruang publik.

Selain infrastruktur, Disbudpar mendorong optimalisasi Calendar of Event melalui festival budaya berskala nasional untuk memperkuat daya tarik wisata sepanjang tahun.

“Melalui integrasi dengan kawasan Metropolitan Rebana dan optimalisasi blue economy di pesisir, Kota Cirebon optimis mampu bertransformasi menjadi pusat jasa dan perdagangan yang tetap bangga dengan identitas heritagenya,” pungkasnya. {}