Yahya Zaini Usulkan Pemutihan Tunggakan 54,9 Juta Peserta BPJS

Berita Golkar – Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Yahya Zaini, menyebut sebanyak 54,9 juta atau sekitar 20 persen peserta BPJS mengalami penunggakan. Atas hal tersebut, Yahya mengusulkan agar jumlah itu diputihkan.

“Terkait dengan penunggakan atau peserta nonaktif ada 54,9 juta orang atau sekitar 20 persen. Saya mengusulkan bagaimana kalau ini diputihkan,” kata Yahya dalam rapat dengar pendapat dengan Menteri Kesehatan, Dewas Pengawas Kesehatan, serta Direktur Utama BPJS Kesehatan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (6/6/2024).

Menanggapi usulan Yahya tersebut, pihak BPJS Kesehatan menjelaskan bahwa pihaknya bakal merugi bila tunggakan peserta sebanyak itu diputihkan. “Lima puluhan juta orang itu berapa triliun. Kalau satu bulan saja Rp1,8 triliun, saya hitung,” ucap Yahya.

Yahya lalu meminta BPJS Kesehatan menjelaskan lebih lanjut terkait perkiraan kerugian bila peserta tak membayar iuran selam 10 tahun. Dia sendiri meyakini bahwa seluruh anggota Komisi IX DPR RI sepakat dengan pemutihan yang dia usulkan. “Kira-kira berapa kerugian yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan jika peserta nunggak diputihkan,” tutur Yahya.

Yahya mengatakan bahwa skema cicilan yang dilakukan saat ini tidak efektif diterapkan BPJS Kesehatan. Sebab, masih banyak masyarakat yang tak mampu membayar.

“Sebabnya macam-macam, ada masyarakat tidak mampu, pindah pekerjaan, dulu bekerja di perusahaan, sekarang tidak kerja lagi, sebagai peserta mandiri tidak mampu. Jadi, banyak sebab,” tutur Yahya.

Menurut Yahya, tingkat kepesertaan BPJS Kesehatan menurut data saat ini memang sudah mencapai 97 persen dari jumlah warga Indonesia. Namun, situasi di lapangan disebutnya berbeda. “Kira-kira 271,2 juta. Tetapi, kalau kita lihat situasi di lapangan, Pak Dirut, ini situasinya berbeda,” kata Yahya.

Yahya memberi gambaran dengan menceritakan pengalamannya. Ketika melakukan sosialisasi, dia selalu menanyakan kepada masyarakat siapa yang memiliki kartu BPJS Kesehatan. Sayangnya, hanya 10 persen sampai 20 persen yang menjawab. “Ini real di lapangan, Pak. Lalu, 271 tadi itu di mana? Sebenarnya angka dari mana itu?” tutup Yahya. {sumber}