Berita Golkar – Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin dan Aliyah Mustika Ilham, berhasil keluar sebagai pemenang Pilkada Makassar 2024. Kemenangan pasangan dengan jargon MULIA ini menjadi momen bersejarah bagi Partai Golkar, yang kembali meraih puncak kekuasaan di Makassar setelah penantian panjang selama dua dekade.
Terakhir kali Partai Golkar memenangkan Pilkada Makassar adalah pada 2004. Selama 20 tahun, partai berlambang pohon beringin ini tetap menjadi kekuatan politik signifikan, meski tidak berhasil merebut kursi kepemimpinan di ibu kota Sulawesi Selatan hingga Pilkada kali ini.
“Ini adalah tonggak penting bagi Golkar. Setelah dua dekade, kami kembali diberi amanah oleh masyarakat untuk memimpin Kota Makassar,” ujar Munafri Arifuddin, Ketua DPD II Partai Golkar Kota Makassar, Kamis (26/12/2024), dikutip dari Fajar.co.id.
Pasangan Munafri-Aliyah meraih kemenangan dengan perolehan suara sebesar 55,44 persen, memecahkan rekor sebagai pasangan pemenang Pilwalkot Makassar dengan suara di atas 50 persen. Keberhasilan ini juga semakin spesial karena Munafri, atau akrab disapa Appi, merupakan Ketua DPD II Partai Golkar Makassar.
“Tiga kali saya mengikuti kontestasi ini. Dua kali saya merasakan kegagalan. Tapi kegagalan itu bukanlah akhir. Justru itu menjadi cambuk untuk terus berbuat lebih baik,” ujar Munafri, yang sebelumnya gagal di Pilwalkot 2018 dan 2020.
Munafri resmi menjadi kader Partai Golkar pada Agustus 2020, tak lama sebelum Pilwali Makassar. Kini, ia berhasil membuktikan diri dengan membawa Partai Golkar kembali berjaya di Pilkada Makassar.
Kesuksesan pasangan Munafri-Aliyah dianggap sebagai buah dari kerja keras dan strategi kampanye yang matang. Munafri mengungkapkan bahwa komunikasi langsung dengan masyarakat menjadi kunci keberhasilan mereka.
“Pendekatan aktif dan komunikasi intens dengan masyarakat di berbagai wilayah Makassar adalah strategi utama kami,” jelasnya.
Pengamat politik Universitas Bosowa Makassar, Arief Wicaksono, menilai kemenangan ini menunjukkan bahwa Partai Golkar masih relevan dalam menjawab aspirasi masyarakat urban.
“Makassar adalah barometer politik di Sulawesi Selatan. Keberhasilan ini menegaskan bahwa Golkar tetap memiliki tempat di hati masyarakat dan mampu menawarkan solusi bagi tantangan perkotaan,” kata Arief.
Kemenangan ini diharapkan menjadi pijakan strategis bagi Partai Golkar untuk konsolidasi kekuatan di tingkat lokal dan nasional, khususnya menjelang Pemilu 2024.
“Kemenangan ini bukan hanya capaian politik lokal, tetapi juga membuka peluang bagi Golkar untuk memperkuat posisinya di kancah perpolitikan Indonesia,” tambah Arief.
Partai Golkar terakhir kali berjaya di Pilwalkot Makassar pada 2008, ketika mengusung pasangan Ilham Arief Sirajuddin-Supomo Guntur. Setelah itu, Partai Golkar mengalami tiga kekalahan berturut-turut:
2013: Supomo Guntur-Kadir Halid kalah dari Danny Pomanto-Syamsu Rizal MI.
2018: Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi kalah dari kotak kosong.
2020: Munafri-Rahman Bando berada di posisi kedua, sementara Irman Yasin Limpo-Zunnun NH hanya meraih posisi terakhir.
Namun, di Pilwalkot 2024, Partai Golkar bangkit dengan mengusung pasangan Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (MULIA) bersama koalisi partai Demokrat, Perindo, Hanura, PBB, dan Ummat. Kemenangan ini menjadi simbol kebangkitan Golkar dan menandai era baru kepemimpinan di Kota Makassar. {}