Berita Golkar – Minggu terakhir bulan Desember 2023, redaksi ERA mampir ke Menara Tendean di Mampang, Jakarta Selatan. Kurang beberapa hari lagi tahun baru, dan kurang dari dua bulan sebelum rakyat Indonesia memilih pemimpin baru. Menjelang pemilihan umum (pemilu) nanti, kami menjadwalkan ngobrol dengan masing-masing kubu, dan kesempatan pertama jatuh kepada kubu 02.
Hari itu kami janjian dengan Erwin Aksa, Wakil Ketua Umum Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sekaligus politikus dari Partai Golongan Karya (Golkar). Sepanjang perjalanan dari kantor kami di Tanah Abang ke studionya di Menara Tendean, gambar wajahnya berserak di pinggir-pinggir jalan, berebut tempat dengan puluhan calon legislatif (lain).
Keponakan Jusuf Kalla itu nyaleg di Daerah Pemilihan (Dapil) DKI Jakarta 3 yang mencakup wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Slogan di bawah posternya singkat saja: INI URUSAN PERUT BOS!
Pria kelahiran Makassar, 7 Desember 1975 itu muncul dengan kemeja biru muda yang menjadi branding kostum paslon Prabowo-Gibran. Kami berjumpa menjelang magrib dan tak bisa berlama-lama karena setelahnya ia masih ada jadwal wawancara lain. Akhirnya kami berbincang selama kurang lebih setengah jam.
Pada kesempatan itu, saya bertanya seputar target menang satu putaran 02; isu konsultan Bongbong Marcos yang konon dipakai Prabowo; sikap politik Jusuf Kalla yang diberitakan mendukung paslon Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar; persona gemoy Prabowo; program makan siang gratis; hingga arah Golkar ke depannya. Berikut ini hasil wawancara kami bersama Erwin Aksa.
Mengapa pilih Dapil DKI Jakarta 3 dan bukan di Sulawesi Selatan Bang?
Ya ada faktor tertentu, karena saya juga di partai sebagai Wakil Ketua Pemenangan Strategis, jadi saya sering kali juga berurusan dengan kepentingan nasional di Partai Golkar, sehingga seringkali saya ke daerah juga dan bolak-balik ketemu dengan Ketua Umum (Airlangga Hartarto), berbicara tentang hal-hal strategis terkait dengan kemenangan Partai Golkar.
Bicara pemilu yang tinggal sebentar lagi, saya lihat kubu 02 sedang mengupayakan pemilihan presiden (pilpres) satu putaran. Seberapa optimis Bang Erwin dengan target tersebut?
Bagi saya, saya sering sampaikan kepada tim bahwa kita harus tetap merendah diri. Kita jangan lengah dan jangan blunder, itu yang paling penting yang sering saya sampaikan kepada tim. Karena pemilih itu seringkali banyak kejadian-kejadian politik yang kita tidak sangka. Kita juga tidak ingin ada blunder.
Kita ingin agar pemilih itu datang ke TPS (tempat pemungutan suara) tanggal 14 (Februari). Sehingga saya kira persuasif itu tetap penting, sampai mungkin akhir Januari. Sehingga dua minggu terakhir atau seminggu terakhir kita berkampanye mengajak pemilih untuk ke TPS. Tidak liburan, jangan sampai ada pemilih kami karena tanggal merah sampai pergi liburan, karena yakin udah menang dan sebagainya akhirnya mereka tidak nyoblos.
Seandainya pilpres berjalan dua putaran, Bang Erwin berharap Pak Prabowo bertemu siapa di putaran kedua?
Bagi Prabowo-Gibran, kita tidak berbicara lebih milih siapa. Bagi Prabowo-Gibran adalah bagaimana dipercaya oleh rakyat dan kemudian bisa menjadi pemimpin Indonesia ke depan. Dan kepercayaan itu didapatkan dari pemilihan umum. Yang tentunya kita harus berbicara bahwa pemilihan umum kita ini jurdil (jujur dan adil) ya, dan itu harus bisa diterima oleh semua pihak.
Pak Prabowo kan sering mengatakan bahwa kalau beliau dipercaya ya beliau juga tentunya ingin mendapatkan kepercayaan itu dengan jujur dan adil dan demikian juga kalau beliau enggak dipercaya, pasti beliau juga akan hormat kepada pemimpin yang dipercaya. Saya seringkali beliau sampaikan hal-hal seperti itu. Dan itulah sikap sportifitas Pak Prabowo yang sering saya lihat dari beliau pribadi.
Saya perlu konfirmasi satu hal nih Bang, ada kabar beredar kalau Pak Prabowo pakai konsultan dari Bongbong Marcos di Filipina yang menang pilpres kemarin. Itu benar atau tidak?
Jadi memang kita harus tahu dulu nih, bahwa ada pilpres yang terjadi di Filipina sana, di mana Bongbong Marcos, anaknya Ferdinand Marcos terpilih. Kita tahu Ferdinand Marcos dulu siapa. Kemudian yang menjadi wakil presidennya adalah anaknya Duterte, yaitu Sara Duterte. Jadi ada similarity pattern yang terjadi.
Nah, kalau kita melihat apa yang terjadi di Filipina, di Filipina itu kan pilpresnya dan pilwapresnya terpisah. Berbeda sama Indonesia.
Kalau berbicara case study, kalau kita berbicara konsultan, orang Indonesia hebat kok. Kita sudah melalui berbagai pilpres pemilu dan kita punya hebat. Ahli-ahli strategi kita hebat. Jadi yang kita harus belajar itu adalah case study. Apa sih yang terjadi di Filipina sana? Apa yang kita bisa tangkap dan kita bisa bawa ke Indonesia? Pesan apa sih? Begitu juga Argentina kan. Apa yang terjadi di Argentina juga baru-baru ada pemilu presiden.
Jadi itu case tadi yang harus kita belajar. Dan dari case tadi itu membuat kita menjadi kreatif. Seperti contoh AI (artificial intelligence) jadi agenda dipakai pada saat Pilpres terakhir ini. Bagaimana peranan AI itu sangat berperan dalam pilpres mereka. Di Indonesia sekarang sudah mulai menjamur AI. Konten-konten yang berbasis AI kan menjamur sekarang.
Berarti tanpa ada konsultan dari Filipina?
Ya, kita internal di tim, itu mempelajari case study pemilu di hampir berbagai negara ya. Dan kita melihat bahwa isu yang ada sekarang ini adalah isu ekonomi. Isu yang tentunya kita harus selesaikan. Karena masyarakat baru melewati pandemi. Jadi baru satu setengah tahun melewati pandemi. Sehingga masih ada kesulitan masyarakat yang harus kita selesaikan. Sehingga keberlanjutan dan menyelesaikan persoalan yang belum selesai, itu menjadi penting.
Seperti yang sering disampaikan Gibran ya, keberlanjutan, hilirisasi?
Ya, makanya kita kan berkesinambungan. Dan kita harus tahu Indonesia selalu pembangunannya berkesinambungan. Di era Pak Harto ada Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) dan kemudian diperbaiki di eranya Pak Habibie. Pak Habibie diperbaiki di eranya Gus Dur. Gus Dur diperbaiki di eranya Ibu Mega. Ibu Mega diperbaiki di era Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono).
Soal program siang gratis, banyak yang mengkritik Bang. Di kubu sebelah bilang dengan anggaran ratusan triliun rupiah bisa membuat banyak program, bukan hanya makan siang. Ada tanggapan?
Yang kita harus tahu bahwa rasio gizi anak-anak Indonesia itu di bawah rata-rata di beberapa negara yang termasuk dengan tetangga. Ini harus kita perbaiki, sehingga kita berbicara investasi, kita berbicara bagaimana menanamkan investasi gizi yang baik kepada anak-anak Indonesia.
Karena kita ingin 10 tahun, 20 tahun yang akan datang, mereka bisa menjadi insinyur-insinyur hebat, yang bekerja di perusahaan-perusahaan hebat, mendapatkan gaji tinggi.
Jadi kita jangan melihat ini program nanti kita petik lima tahun yang akan datang. Ini program di mana kita menginvestasikan gizi kepada anak-anak Indonesia yang akan kita petik pada saat mereka nanti selesai kuliah, saat mereka ingin kerja, sehingga mereka bisa bersaing dengan tenaga kerja asing.
Kita punya kekayaan alam yang begitu banyak, kita harus memanfaatkan, kita harus optimalkan, dan yang paling penting Pak Prabowo mengerti tentang geopolitik. Bagaimana sekarang ini ada geopolitik dagang antara Cina dan Amerika. Kita harus pandai-pandai bermain di situ.
Bagaimana kita rangkul Amerika, bagaimana kita rangkul Cina, supaya mereka datang ke Indonesia untuk berinvestasi. Bukan ke Vietnam, sekarang investasi di Vietnam tinggi.
Ekspor Vietnam lebih besar dari Indonesia. Kenapa? Karena yang diproduksi oleh Vietnam adalah produk-produk yang value-nya tinggi. Nah ini yang kita ingin agar supaya Indonesia bisa mendapatkan FDI (foreign direct investment) atau investasi yang besar, yang kemudian bisa membuka lapangan pekerjaan dan anak-anak Indonesia bisa bekerja dengan gaji tinggi.
Banyak persoalan juga terkait anggarannya itu Bang Erwin. Dari TKN bagaimana jawabannya? Karena biayanya tinggi sekali untuk makan siang gratis.
Pasti Prabowo-Gibran ingin membentuk Badan Penerimaan Negara (BPN). Itu dulu sudah diajukan di era Pak Brodjonegoro sebagai Menteri Keuangan. Waktu itu RUU (Rancangan Undang-Undang)-nya sudah dibahas sebenarnya. Dan ini juga dulu di era Pak Jokowi sudah pernah disampaikan bahwa BPN sudah perlu dibangun, dibentuk, dan Dirjen Pajak ini sudah harus naik level.
Artinya, BPN yang sekarang ini adalah Dirjen Pajak, itu harus naik kelas langsung di bawah Presiden, bukan di bawah Menteri Keuangan. Sehingga kita bisa mengoptimalkan penerimaan negara. Intensifikasinya harus dilakukan, ekstensifikasinya harus dilakukan.
Kita pasti akan menurunkan PPH 21, bagaimana memperluas pembayar pajak. Kemudian yang berikutnya kita juga ingin agar supaya AI, transparansi, big data dipakai. Kita ingin agar supaya juga illegal business yang masih ada di Indonesia kemudian transparan membayar pajak dengan benar.
Dan kita juga ingin diperluas sehingga masyarakat bisa berpartisipasi terhadap penerimaan negara ini. Dengan pajak rendah, tetapi kita ingin memperluas.
Sekarang ini kan yang dilakukan boleh saya bilang “berburu di kebun binatang”. Artinya ekstensifikasinya enggak dilakukan. Belum lagi intensifikasinya. Contoh gandum. Gandum di Indonesia pajak impornya 0%, padahal di negara-negara tetangga dikenakan pajak impor.
Kemudian pajak ekspor buat minerba kita, itu perlu diberikan pajak ekspor kepada barang-barang minerba kita. Walaupun sekarang sudah ada PPH-nya, ada pajak dividennya, ada PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak)-nya, tetapi kita akan kenakan lagi pajak ekspor. Karena kita punya natural resources yang begitu penting yang dibutuhkan oleh dunia. Jadi banyak sumber-sumber.
Kemudian juga cukai terhadap gula. Sekarang pengeluaran negara di BPJS terkait dengan penyakit diabetes itu Rp20 triliun. Nah bagaimana meng-cover? Kita harus mencukaikan gula. Karena di beberapa negara sudah diterapkan cukai gula. Nah ini penting sekali. Cukai rokok juga demikian, sehingga biaya kesehatan kita bisa di-cover dari pelaku usaha.
Nah tentunya juga kita berbicara PPN (Pajak Pertambahan Nilai), rasio PPN kita terhadap pemerintahan negara kita itu rendah sekali. Kalau kita bisa menaikkan itu semuanya, apa yang diinginkan terkait dengan program investasi, baik itu infrastruktur tetap berjalan, kemudian investasi terkait dengan makan siang gratis tetap berjalan.
Dan jangan salah, makan siang gratis ini yang menikmati adalah pelaku usaha kecil dan mikro. Karena yang menikmati nanti adalah emak-emak, pengusaha katering, ibu-ibu. Dan karena kita ingin agar supaya ada keadilan, jadi kita ingin agar supaya makan siang gratis ini dinikmati oleh seluruh anak-anak Indonesia. Tetapi kita pasti akan ada pilot project.
Bang Erwin sempat menyebut soal geopolitik. Debat capres besok kan temanya seputar geopolitik. Bagaimana persiapan Pak Prabowo?
InsyaAllah Pak Prabowo sangat siap. Pak Prabowo kan paham dengan geopolitik. Beliau punya hubungan dengan pemimpin-pemimpin dunia yang begitu kuat ya. Beliau bahkan bolak-balik ke Amerika, berbicara dengan Menteri Pertahanan Amerika untuk pengadaan alutsista kita dari Amerika.
Yang kita perlu tahu bahwa alutsista kita sudah ketinggalan. Apalagi dua tahun kemarin pandemi tidak ada belanja alutsista yang dilakukan oleh Indonesia karena semuanya harus dialokasikan ke pandeminya.
Nah, kemudian bukan hanya geopolitik pertahanan, tetapi geopolitik terkait dengan perdagangan juga penting. Bagaimana yang tadi saya katakan, Cina dan Amerika berperan penting dalam ekonomi dunia sekarang ini. Kita harus bermain yang cukup baik dalam hal ini.
Indonesia kan negara non-blok, kita bisa berbicara dengan Cina, kita bisa berbicara dengan Amerika, dan berbagai negara ya. Nah yang kita ingin lakukan adalah bagaimana negosiasi kita dengan negara-negara ini agar Indonesia tidak dikenakan tarif pada saat ekspor, sehingga banyak negara ingin investasi ke Indonesia.
Sedikit mundur ke debat capres-cawapres sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu saya konfirmasi. Setelah debat cawapres kemarin, viral video Pak Prabowo yang di-framing berlaku kurang sopan terhadap sesama menteri, Pak Bahlil. Bagaimana tanggapannya?
Ya biasa kalau orang mengambil viral-viral begitu. Orang-orang kan ingin mengidentitaskan Pak Prabowo dengan orangnya yang keras, tapi sekarang beliau kan gemoy, beliau bisa joget dan sebagainya.
Sehingga lagi-lagi kembali bahwa isu yang ada di masyarakat ini adalah isu ekonomi. Apakah isu tersebut bisa bertahan satu bulan, dua bulan, tiga bulan? Apakah masuk sampai masyarakat, sampai pemilih? Apakah mengubah sikap pemilih terhadap Pak Prabowo? Saya kira kita lihat daripada hasil-hasil polling aja.
Satu lagi, di debat pertama Pak Anies mengatakan Pak Prabowo berubah. Kalau Mas Anies ada yang berubah tidak Bang sejak 2016 Abang dukung sebagai Gubernur DKI Jakarta?
Yang pasti berbeda karena sekarang beliau mau jadi calon presiden kan. Jadi pasti kan beliau harus punya wawasan yang lebih nasional dan lebih internasional dibandingkan sebagai calon gubernur yang wawasannya cuma kota doang gitu kan.
Ya kota Jakarta kan boleh saya katakan enggak beda jauh dari Kota Solo gitu. Memimpin Jakarta dengan memimpin Solo hampir sama persoalannya. Jadi wawasan geopolitiknya harus kuat, hubungan luar negeri harus baik juga.
Saya penasaran kenapa Bang Erwin yakin masuk ke TKN Prabowo?
Yang pertama, saya enggak pernah tidak mendukung Pak Prabowo. Sikap politik beliau, apa yang menjadi cita-cita beliau, selalu saya dukung. Karena saya bangga dengan sikap politik beliau yang nasionalis dan patriot ya. Dan beliau punya jiwa sportif yang luar biasa yang kita perlu bangga.
Kemudian kita juga melihat bahwa Pak Prabowo kan adalah tokoh yang dibesarkan dari Golkar juga. Beliau punya paham “Jalan Tengah”. Beliau punya paham “Ekonomi Pancasila”, jadi paham yang mirip dan sama dengan Golkar.
Dan saya 2019 mundur dari partai karena mendukung beliau secara terbuka pada saat itu. Dan sekarang karena Partai Golkar juga mendukung beliau, ya saya kemudian didorong oleh Partai Golkar untuk menjadi Wakil Ketua TKN sekarang.
Lalu bagaimana tanggapan Bang Erwin soal pilihan Pak Jusuf Kalla mendukung paslon AMIN? Bang Erwin kan cukup dekat dengan Pak JK, baik dari hubungan kekeluargaan, sebagai sesama politikus dan pebisnis.
Di keluarga kami demokratis kok. Seringkali ada perbedaan itu. Tapi saya ingin mengomentari. Pak JK tidak pernah memberikan pernyataan resmi terkait dukungannya kepada AMIN ya. Yang ada juru bicaranya yang mengumumkan dan ada viral video ya.
Dan saya belum pernah melihat Pak JK melakukan press conference tuh terkait dukungannya ya. Jadi menurut saya apakah itu betul Pak JK mendukung atau cuma jubirnya yang kemudian mengumumkan kepada media yang nggak dipantau oleh Pak JK juga.
Jadi saya kira Pak JK punya paham “Jalan Tengah” juga yang menjadi ideologi Golkar ya, “Ekonomi Pancasila” itu.
Prabowo-Gibran mengusung narasi keberlanjutan dari pemerintahan Pak Jokowi. Apa itu juga berarti ketika Pak Prabowo menang, lawan yang kalah bakal dirangkul?
Pak Prabowo sudah mengatakan demikian. Jadi beliau ingin membawa persatuan dan kita ingin bahwa ke depan pemerintahan itu didasari oleh basis meritokrasi. Kita ingin teknokrat yang juga mumpuni mengisi pos-pos penting dalam pemerintahan ke depan, sehingga bisa mengerti kebijakan publik yang baik dan punya pengalaman dan punya wisdom yang cukup baik juga. Nah ini hal-hal yang perlu diperbaiki oleh pemerintah yang akan datang.
Sebelum saya akhiri percakapan kita sore ini Bang, saya mau nanya soal arah Golkar ke depan, kira-kira mau seperti apa? Apakah tembus 20% parliamentary threshold?
Ya target Golkar memang dari awal kita 20%. Untuk mendapatkan 20% itu minimal 116 kursi kita harus mendapatkan di parlemen, sehingga kita bisa menominasikan calon presiden kita di 2029.
Nah bukan hanya itu, pilkada (pemilihan kepala daerah) yang akan datang juga akan menggunakan hasil pemilihan besok. Sehingga Golkar juga di provinsi, di kota-kabupaten, juga targetnya adalah 20%, sehingga Golkar bisa menominasikan kader-kader terbaiknya menjadi wali kota, bupati, dan gubernur.
Apakah Anda optimis bisa menaikkan sampai 20% itu?
Ya tentunya kita harus optimis. Hitung-hitungannya kita sudah punya formulanya. Dan dapil-dapil mana yang perlu kita naikkan supaya kursi kita kembali dari satu menjadi dua, dua kembali menjadi tiga, itu sudah kita identifikasi juga.
Dan kita juga sudah mengidentifikasi rockstar-rockstar caleg kita dan juga vote gater-nya, sehingga harus bekerja antara caleg yang insyaAllah terpilih dan juga vote gater, sehingga penggabungan antara caleg unggulan kita dengan vote gater itu menjadi satu kesatuan, sehingga suara partai di dapil tersebut bisa mendapatkan satu kursi, dua kursi, tiga kursi. {sumber}