Berita Golkar – Turki masuk ke dalam jajaran negara yang cukup potensial untuk berinvestasi di Indonesia. Total investasi Turki di Indonesia sejak 2019 hingga 2023 mencapai 42,758 juta dolar AS. Total angka di atas menempatkan Turki pada urutan ke-43 di antara negara-negara yang berinvestasi di Indonesia.
“Kami melihat situasi ini sebagai peluang yang masih sangat besar bagi perusahaan-perusahaan asal Turki untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Karenanya, dalam kunjungan kemarin, kami mendorong perusahaan-perusahaan Turki untuk memperluas bisnisnya,” tutur Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Jumat (7/6/2024).
Dalam rangkaian lawatan ke Ankara dan Istanbul pada 4-5 Juni 2024 lalu, Menperin bertemu para pemimpin perusahaan industri Turki yang telah menanamkan investasi di Indonesia, mulai dari perusahaan yang bergerak di industri ban, tekstil, elektronik, hingga pengolahan hasil laut.
Dalam kunjungannya, Menperin sempat bertemu President of Consumer Durables Arcelik Fatih Kemal Ebiçlioğlu. Arcelik merupakan perusahaan alat rumah tangga asal Turki yang merupakan terbesar kedua dunia. Di Indonesia, perusahaan tersebut bermitra dengan Hitachi untuk memproduksi mesin cuci di pabrik yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat.
Arcelik juga merencanakan pengembangan kapasitas produksinya di Indonesia dengan mendirikan pabrik baru untuk produk pendingin udara (air conditioner) dan lemari es di Semarang.
Sementara itu, Koc Holding yang merupakan perusahaan induk dari Arcelik melakukan akuisisi dan joint venture dengan berbagai mitra, termasuk dengan Hitachi untuk pasar Asia Pasifik, untuk meningkatkan usahanya. “Kami mengajak Arcelik untuk menjajaki peluang kerja sama baru dengan perusahaan elektronik Indonesia seperti Polytron,” ucap Menperin.
Pada pertemuan dengan CEO Kordsa İbrahim Özgür Yıldırım, Menperin membahas peluang kerja sama dalam produk ban dan industri tekstil, mengingat investasi Kordsa di Indonesia mencapai 21 juta dolar.
Kordsa saat ini memiliki fasilitas pabrik di di Bogor Indonesia untuk memproduksi nilon, benang dan olahan industri karet lainnya yang berorientasi ekspor.
Kordsa menyampaikan bahwa di pasar Amerika Utara, perusahaan mendapatkan persaingan dari China dan Vietnam.
Terkait hal ini, Menperin menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia memberikan insentif berupa super tax deduction hingga 300 persen dan Indokordsa (perusahaan Kordsa di Indonesia) dapat mengajukan hal ini. Sedangkan untuk insentif lainnya akan dibahas lebih lanjut.
“Kebijakan industri di Indonesia berfokus pada peningkatan nilai tambah dan pengintegrasian sektor industri Indonesia dalam rantai pasok global. Hal ini juga ditujukan untuk melindungi investasi asing di Indonesia, khususnya di sektor manufaktur,” jelas Menperin.
Pemerintah menyambut baik apabila Kordsa berminat mengembangkan produk selain yang telah diproduksi di Indonesia. Produk-produk yang dapat dikembangkan antara lain composite concentrate, kantong udara untuk kendaraan dan composite fiber untuk penguatan struktur bangunan.
“Kami mendukung rencana tersebut dan pembahasan lebih lanjut secara teknis akan dilakukan pada pertemuan selanjutnya,” terang Menperin. {sumber}