Berita Golkar – Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo meminta pemerintah serta stakeholder terkait serius dalam menyambut bonus demografi di tahun 2045. Menurut Firman Soebagyo, fenomena bonus demografi ini bisa menjadi dua mata pisau yang berbeda. Hal ini disampaikan Firman saat memberikan sambutan untuk acara wisuda, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi International Bisnis Mangement Tekhnologi Surabaya.
Jika pemerintah suatu negara bisa mengelola dengan baik, maka generasi yang muncul di tahun tersebut akan menjadi bibit unggul yang memajukan negara dan siap menyambut Indonesia Emas 2045. Sebaliknya, jika pemerintah gagal mengelola potensi dari bonus demografi, generasi yang muncul akan menimbulkan masalah.
“Kami ingin tekankan bahwa jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dengan baik, akan membawa dampak buruk terutama masalah sosial, seperti kemiskinan, kesehatan yang rendah, pengangguran dan tingkat kriminalitas yang tinggi. Melihat fakta-fakta yang akan dihadapi Indonesia tersebut, bonus demografi memang tidak bisa dihindari,” ujar Firman Soebagyo dikutip redaksi Golkarpedia dari keterangan yang diberikan melalui video pada Jumat (30/08).
Bonus demografi sendiri menyediakan keadaan dimana 70 persen jumlah penduduk Indonesia berada dalam usia produktif, yaitu 15-64 tahun. Sedangkan sisanya 30 persen merupakan penduduk tidak produktif yaitu usia di bawah 14 tahun dan di atas 65 tahun pada periode tahun 2020-2045.
Meski begitu, pria yang juga menjabat sebagai anggota badan legislasi DPR RI ini tetap optimis bahwa pada tahun 2045 kelak, bibit unggul dan generasi cerdas akan muncul di Indonesia. Namun, ia menekankan, untuk mewujudkan generasi unggul bukanlah perkara mudah.
Guna mewujudkan generasi unggul, penerapan pendidikan berbasis karakter harus dilakukan sejak dini. Selain itu, terdapat 4 poin yang menurutnya penting serta menjadi ciri-ciri dari generasi unggul Indonesia. “Pertama harus memiliki kecerdasan yang komprehensif, yakni produktif dan inovatif,” sebut Firman Soebagyo.
“Kedua harus damai dalam interaksi sosialnya dan memiliki karakter yang kuat. Ketiga adalah bisa membangun kesadaran akan pentingnya hubungan mutualisme antara kita manusia dengan kelestarian alam. Keempat berperadaban unggul,” sambungnya lagi.
Terakhir sebagai pesan, Ketua Dewan Pembina SOKSI ini mengutip pidato mantan Presiden RI, BJ Habibie bahwa kemajuan suatu negara tidaklah didasarkan pada kekayaan sumber daya alamnya semata, tetapi juga keberadaan sumber daya manusia yang unggul dan berperadaban.
“Pesan saya, mengutip pidato Bapak BJ Habibie bahwa untuk menuju sebuah negara yang unggul dan sejahtera, bukan karena sumber daya alamnya, tetapi untuk menuju sebuah negara yang berhasil adalah bagaimana negara kita memiliki sumber daya manusia yang unggul,” pungkas Firman Soebagyo. {redaksi}