Berita Golkar – Anggota DPR RI Firman Subagyo menyebut target Presiden Prabowo Subianto untuk mewujudkan swasembada pangan paling lambat 4 sampai 5 tahun ke depan bakal sulit tercapai. Hal tersebut, katanya, berdasarkan kompleksnya masalah pertanian yang tidak mungkin diselesaikan dalam waktu tersebut.
Berdasarkan pengalamannya menjadi anggota DPR RI Selama empat periode dan berada di komisi yang mengurusi pertanian, berbagai masalah pertanian tidak juga kunjung selesai. Salah satu masalah fundamental yang tidak pernah selesai, kata dia, adalah soal data akurat pertanian Indonesia.
“Padahal data pertanian sangat penting sebagai dasar mengambil kebijakan dibidang pertanian, termasuk mencapai target swasembada pangan. Dari data itu akan dapat diketahui dari 70,4 juta hektar lahan bagaimana kondisi lahannya, kualitas lahan, kualitas infrastruktur pengairan, dan lain sebagainya,” katanya dalam perbincangan dengan RRI Pro 3, Minggu (20/10/2024).
Selain soal data pertanian, tambah Firman, hal lain yang menjadi PR besar adalah soal regenerasi petani. Bagaimana bisa mencapai swasembada pangan, katanya, jika 70 petani Indoensia berusi 60-70 tahun.
“Sementara itu hanya 2 persen saja petani yang berusia muda. Padahal jumlah petani kita yang tercatat ada 30,3 juta petani,” sambung Firman dikutip dari RRI.
Regenerasi petani tak berjalan, kata dia, disebabkan beberapa faktor. Diantaranya, tidak adanya jaminan sektor pertanian memberikan keuntungan secara ekonomi karena harga yang berfluktuasi terus dan tak berpihak pada petani.
Sehingga, sebutnya, banyak petani yang kondisinya miskin karena tidak untung. Perlu adanya kebijakan yang bisa memberikan motivasi bagi petani muda untuk terjun bertani.
“kebijakan tersebut adalah berani menghentikan impor beras. Sehingga petani memiliki jaminan tidak ada ancaman terhadap penurunan harga gabah jika impor dihentikan,” kata Firman.
Sementara itu, Ekonom Core Indonesia, Eliza Mardian menyebut pentingnya juga diperhatikan soal distribusi produk pertanian, terutama luar pulau Jawa. Sehingga tidak terjadi kelebihan pasokan atau kekurangan pasokan yang dapat berpengaruh terhadap harga.
“Masalah harga produk pertanian, khususnya gabah, inilah yang menjadi faktor yang membuat sektor pertanian tidak menarik bagi generasi muda. Dari aspek ekonomi dinilai tidak menguntungkan, apalagi sebagian besar petani kita memiliki lahan kurang dari 0,5 hektar,” katanya dalam kesempatan sama. {}