Gubernur Lemhanas, Ace Hasan Soroti Kebijakan Masuk Sekolah Jam 6 Pagi: Lihat Kesiapan Murid dan Ortu

Berita Golkar – Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI, Ace Hasan Syadzily menegaskan bahwa pendidikan karakter tidak bisa dilakukan secara instan atau parsial.

Saat disinggung pendekatan militer dalam mendisiplinkan anak serta kebijakan baru seperti masuk sekolah pukul 06.00 pagi, Ace menyebut hal tersebut harus dilihat secara komprehensif dan kontekstual.

Di Jabar, Gubernur Jawa Barat teah membuat surat edaran terkait jam pelajaran di sekola, pelajar harus masuk pukul 06.30 WIB.

“Pendidikan militer adalah salah satu cara, tapi bukan satu-satunya. Pendidikan karakter itu harus disesuaikan dengan tumbuh kembang anak, dan yang paling penting, harus melibatkan para psikolog,” kata Ace saat ditemui di Jalan Tamansari No 1, Kota Bandung, (4/6/2025), dikutip dari TribunJabar.

Merespon fenomena penanganan anak-anak bermasalah dengan pendekatan barak atau karantina yang berlangsung selama dua minggu.

Menurutnya, pendekatan semacam itu belum tentu menyentuh akar permasalahan perilaku anak, apalagi jika dilakukan tanpa pendampingan psikologis dan keterlibatan keluarga. “Jangan sampai ada anggapan dari orang tua, ‘ah, ngurus anak capek, serahin aja ke orang lain’. Itu bahaya,” ujar Ace.

Ace Hasan yang juga pernah menjabat Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI ini menekankan bahwa pendidikan karakter adalah proses panjang yang tidak bisa dikejar hanya dalam waktu singkat.

Menurutnya, solusi ideal adalah mengidentifikasi akar masalah sejak dini dan membangun sistem pendukung yang kuat: mulai dari keluarga, sekolah, hingga lingkungan sosial.

Menanggapi kebijakan masuk sekolah pukul 06.00 pagi yang mulai diterapkan di beberapa daerah, Ace menyatakan dukungannya sepanjang ada evaluasi dan kesiapan dari berbagai pihak.

“Kalau tujuannya baik, seperti membentuk kedisiplinan, ya silakan. Tapi harus dilihat dulu, apakah sekolahnya siap? Apakah kurikulumnya sudah menyesuaikan? Apakah anak-anak punya akses ke transportasi publik?” ujar Ace.

Ia mengingatkan bahwa pendidikan adalah sistem yang saling terhubung. Kebijakan yang menyasar satu aspek, seperti jam masuk sekolah, harus mempertimbangkan implikasinya pada aspek lain, termasuk kesiapan guru, infrastruktur sekolah, bahkan kondisi sosial ekonomi keluarga.

“Di Lemhannas, kami selalu diajarkan bahwa pendekatan kebijakan itu harus holistik dan komprehensif. Tidak boleh hanya satu sisi saja. Semua saling terkait,” jelasnya.

Pendidikan karakter, kata dia, memiliki peran strategis dalam memperkuat ketahanan nasional. Dia menyebut bahwa kualitas sumber daya manusia bukan hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, tetapi juga kematangan emosional dan ketangguhan mental.

“Ketahanan nasional tidak hanya dibangun lewat militer atau politik luar negeri. Tapi dari karakter anak-anak bangsa kita. Dari cara mereka berpikir, bersikap, dan menghadapi tekanan hidup,” ujarnya.

Ace mengingatkan bahwa membangun karakter tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai keluarga, spiritualitas, serta keterlibatan aktif masyarakat dalam pendidikan. {}