Wamendag Dyah Roro Esti Ajak Diaspora di Selandia Baru Eksplorasi Pasar Ekspor Untuk Produk UMKM RI

Berita Golkar – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus memperkuat upaya peningkatan ekspor produk Indonesia ke berbagai negara, termasuk Selandia Baru.

Dalam pertemuan dengan komunitas Diaspora Indonesia di Auckland, Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti mendorong pelaku usaha Indonesia untuk lebih aktif mengeksplorasi potensi pasar Selandia Baru, terutama untuk produk-produk dari sektor usaha kecil dan menengah (UKM).

“Kami mengapresiasi peran aktif para diaspora sebagai mitra strategis dalam memasarkan produk unggulan Indonesia. Namun ke depan, mari kita terus menggali potensi produk lainnya yang belum tergarap maksimal,” ujar Wamendag Roro keterangannya, Senin (30/6/2025), dikutip dari Akurat.

Wamendag menegaskan, masih banyak produk Indonesia yang memiliki daya saing tinggi dan berpotensi besar untuk diterima di pasar Selandia Baru. Beberapa di antaranya termasuk makanan dan minuman olahan, produk agrikultur dan perkebunan, serta jasa logistik, baik untuk sektor Business to Consumer (B2C) maupun Business to Business (B2B).

Turut hadir dalam pertemuan tersebut, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Fajarini Puntodewi, serta Direktur Pengembangan Ekspor Produk Manufaktur (PEPM), Deden Muhammad Fajar Shiddiq.

Wamendag menyebut bahwa banyak produk ekspor Indonesia sudah memenuhi standar internasional, termasuk memiliki sertifikasi ekspor yang dipersyaratkan. “Diperlukan strategi dan komitmen kolaboratif dari berbagai pihak agar produk Indonesia semakin kompetitif dan mampu memenuhi kebutuhan sektor industri di Selandia Baru,” tegasnya.

Dalam pemaparannya, Wamendag menjelaskan bahwa saat ini Indonesia menempati posisi ke-14 sebagai negara pemasok barang ke Selandia Baru. Namun di sisi lain, Selandia Baru hanya berada di peringkat ke-36 dalam daftar mitra dagang ekspor utama Indonesia. Fakta ini menunjukkan bahwa masih banyak peluang yang belum digarap secara optimal.

Untuk itu, Wamendag mendorong pelaku usaha Indonesia memanfaatkan berbagai perjanjian perdagangan yang telah ada, seperti ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA) dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Perjanjian ini, menurutnya, menjadi pintu masuk yang strategis untuk meningkatkan ekspor ke Selandia Baru.

“Komunitas bisnis kedua negara harus mengoptimalkan pemanfaatan perjanjian dagang yang tersedia, serta menjajaki peluang kerja sama baru yang saling menguntungkan,” kata Wamendag.

Dalam diskusi tersebut, seorang importir produk makanan dari Indonesia, Ning Wicaksono,  menyampaikan bahwa pasar biskuit di Selandia Baru masih sangat terbuka. Ia mengungkapkan bahwa banyak produk biskuit lokal di Selandia Baru sejatinya diproduksi di Indonesia, menunjukkan tingginya potensi untuk ekspansi produk pangan olahan ke negeri Kiwi tersebut.

Pertemuan itu juga berlangsung di tempat milik salah satu Diaspora Indonesia, Yovinsius, yang memiliki usaha kuliner bernama Truth and Dare Cocktail Bar di Auckland.

Yovinsius, yang juga menjadi pembeli rutin produk Indonesia, berharap pemerintah dapat memberikan dukungan berupa promosi kuliner dan bantuan logistik agar harga produk Indonesia lebih kompetitif di pasar Selandia Baru.

“Kami butuh fasilitasi dari pemerintah, terutama untuk promosi kuliner Indonesia dan dukungan logistik agar harga jual bisa ditekan dan lebih bersaing,” ujar Yovinsius.

Menanggapi hal tersebut, Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional, Fajarini Puntodewi, menyatakan pihaknya akan mencatat semua masukan dari para diaspora dan pelaku usaha yang hadir. Ia menyampaikan harapan agar kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat Indonesia di luar negeri dapat semakin ditingkatkan.

“Masukan-masukan ini menjadi catatan penting kami. Harapannya, kita bisa berkontribusi bersama dalam meningkatkan kinerja ekspor Indonesia, khususnya ke Selandia Baru,” tukas Dirjen Puntodewi. {}