Solidaritas Global Selatan, Wamendag Dyah Roro Dorong Perdagangan Inklusif dengan Negara Afrika

Berita Golkar – Pemerintah Indonesia kembali menegaskan komitmennya dalam memperkuat kerja sama negara-negara Selatan Global melalui pelatihan bertajuk South-South and Triangular Cooperation (SSTC) on Trade and Investment Promotion for African Countries.

Pelatihan dibuka oleh Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri pada Selasa, 8 Juli 2025, di Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ekspor dan Jasa Perdagangan (PPEJP), Jakarta.

“Kami percaya bahwa Kerja Sama Selatan-Selatan dan Segitiga (SSTC) lebih dari sekadar keterlibatan teknis. Ini merupakan upaya berprinsip yang dibangun atas rasa saling menghormati, kepemilikan bersama, serta visi untuk mengurangi ketidaksetaraan dan promosi kemakmuran berkelanjutan,” kata Roro, melalui siaran pers yang diterima Tempo pada Rabu (9/7/2025), dikutip dari Tempo.

Ia menekankan pentingnya dialog inklusif, pertukaran pengetahuan, serta kolaborasi praktis di bidang perdagangan dan investasi, sembari berharap pelatihan ini menjadi wadah pembangunan kapasitas yang berkontribusi pada kemitraan tangguh dan pertumbuhan inklusif.

Perdagangan Indonesia–Afrika Meningkat

Menurut data Kemendag, nilai perdagangan Indonesia dan Afrika mencapai US$2,4 miliar pada 2024, meningkat 7,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Ekspor utama Indonesia ke Afrika mencakup minyak kelapa sawit, mesin, kendaraan, dan produk karet, sementara impor dari Afrika didominasi oleh ferro-alloy, biji kromium dan mangan, aluminium, gula, dan biji besi.

Roro juga menyinggung Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia-Mozambik yang berlaku sejak 2022. Perjanjian ini memberikan pengurangan tarif untuk ekspor seperti minyak sawit, farmasi, kertas, dan suku cadang otomotif. Sementara itu, perjanjian perdagangan preferensial (PTA) Indonesia–Tunisia yang akan ditandatangani akhir tahun ini diharapkan membuka peluang baru di sektor tekstil, produk pertanian, dan permesinan.

Hasil Kemitraan Multilateral

Pelatihan ini merupakan hasil kolaborasi perdana antara Indonesia dan Japan International Cooperation Agency (JICA) di bawah Memorandum Kerja Sama yang ditandatangani pada Indonesia-Africa Forum 2024. Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas negara Afrika dalam bidang kesehatan, energi, perdagangan, dan ketahanan pangan.

Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara Setya Utama menyatakan, “Pelatihan ini bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi tentang membangun kemitraan yang berkelanjutan. Hal ini juga sesuai dengan semangat Konferensi Asia Afrika yang dipelopori Indonesia pada 1955.”

Kepala Perwakilan JICA, Takeda Sachiko, menambahkan bahwa tahun ini menandai kolaborasi pertama antara JICA dan Pemerintah Indonesia untuk negara-negara Afrika melalui memorandum kerja sama. Ia menyoroti semangat Konferensi Bandung yang memperkuat solidaritas negara-negara Selatan.

Pelatihan yang digelar hingga 19 Juli ini diikuti 12 peserta dari tujuh negara Afrika serta tiga pengamat dari lembaga regional Afrika. Peserta mendapatkan kuliah teori, praktik lapangan, hingga kunjungan institusi perdagangan. Mereka juga akan mempresentasikan rencana aksi masing-masing dan mengunjungi Taman Mini Indonesia Indah sebagai bagian dari pertukaran budaya.

Hasil pelatihan akan dipresentasikan pada Tokyo International Conference on African Development (TICAD-9) pada Agustus mendatang. Pemerintah Indonesia dan JICA juga akan menjajaki kerja sama lanjutan untuk Afrika. {}