500 Ribu PMI Siap Dikirim Mulai 2026, Wamen P2MI Christina Aryani Fokus Siapkan Pelatihan Bahasa dan Kompetensi

Berita GolkarWakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Christina Aryani mengatakan program Presiden Prabowo Subianto mengirim 500 ribu tenaga kerja ke luar negeri baru bisa terealisasi 2026.

Ia menyebut di sisa tahun ini pemerintah akan fokus menyiapkan talenta-talenta calon tenaga kerja tersebut, khususnya mengenai penguasaan bahasa asing.

“Kita sudah mulai latih, mungkin butuh enam sampai satu tahun pelatihan paling lama,” ujar Christina usai rapat tingkat menteri di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan pada Jumat (14/11/2025), dikutip dari Tempo.

Ia memaparkan, dari 500 tenaga kerja yang akan dikirim itu, sebanyak 300 orang akan diambil dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sementara 200 ribu sisanya terbuka untuk masyarakat umum yang ingin bekerja di luar negeri.

Menurut Christina, pemberangkatan lulusan SMK akan dijaring melalui program SMK Go Global yang berada di bawah kewenangan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan (Kemenko PM). “Jadi yang sudah ada lulusan tinggal diberikan peningkatan kompetensi, baik itu teknis maupun bahasa, dan mereka bisa segera berangkat setelah selesai pelatihan,” kata dia.

Ia menuturkan pengiriman 500 ribu tenaga kerja ini merupakan upaya pemerintah dalam menghadapi bonus demografi, sekaligus menjadi jawaban atas tingginya angka pengangguran. Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2025 mencapai 7,46 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada Agustus sebesar 4,85 persen.

Dari angka itu, TPT tertinggi berdasarkan tamatan adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yakni mencapai 8,63 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding priode Februari 2025 yang hanya 8 persen saja.

Menurut Christina, tingginya lulusan SMK yang menganggur tersebut disebabkan oleh kesenjangan antara materi yang mereka pelajari di sekolah dan kebutuhan industri. “Apa yang mereka pelajari sudah tidak relevan dengan industri,” ujar dia. {}