Berita Golkar – Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Atalia Praratya angkat bicara terkait kasus bullying. Dirinya menyebut, korban bullying di Jawa Barat banyak yang angkat bicara setelah mengalami beberapa kejadian.
“Setelah lama kejadian baru termunculkan, itu pun karena yang bersangkutan mengakui sudah tidak tahan lagi, atau sudah mengalami kasus yang berakibat sangat parah,” ucapnya, dikutip dari JPNN.
Atalia mengatakan, bahwa kasus yang kini sedang terjadi di Kabupaten Garut juga menimpa remaja belasan tahun, merupakan korban yang sudah mengalami bullying hingga berdampak ke psikologis sang ibu.
“Seorang anak usia 12 tahun dia di-bully oleh teman sebayanya yang sama-sama perempuan dengan memasukkan jagung dan terong ke alat vital korban,” terangnya.
Dirinya menuturkan, aksi bullying yang dilakukan oleh teman sebayanya ini sudah terjadi beberapa kali, dan kini membuat ibu kandung korban mengalami trauma hebat.
“Kejadiannya sejak tahun 2022 lalu, pada saat saya ketemu dengan sang ibu, ibunya menangis terus karena apa, dia mengalami trauma sama seperti anaknya karena ketika ini diproses dia justru mendapatkan tekanan dari anggota keluarganya,” jelasnya.
Kemudian, korban dan ibu kandungnya sempat hendak melaporkan peristiwa ini ke pihak kepolisian. Namun, saat itu sang anak menangis histeris hingga pingsan.
“Saya harus bereskan kasus itu, saya harus sampaikan kepada masyarakat terkait dengan hal-hal yang bisa kita lindungi, sekolah harus melindungi. Ini sekolahnya tahu sebetulnya tetapi mereka tidak melakukan apa-apa,” katanya.
Dirinya mengungkapkan, bahwa saat ini masyarakat atau orang tua secara khususnya masih beranggapan bawah bullying merupakan hal yang wajar.
“Jadi rata-rata itu mereka melihat bahwa ini ada satu hal yang wajar, ketika seorang anak di-bully di sekolah secara verbal dianggapnya biasa saja atau misalkan pelecehan seksual, cat calling, itu dianggap biasa saja,” ujarnya.
Sehingga, dirinya berharap agar orang tua dan sekolah seharusnya bisa menyadarkan bahwa aksi bullying harus dicegah dan tidak dianggap enteng.
“Karena mereka menganggap bahwa ketika mereka melaporkan hal tersebut dianggapnya malahan kok manja, cemen, gitu anak muda,” tandasnya. {}