DPP  

Henry Indraguna Juluki Prabowo ‘Little Soekarno’ Usai Pidato Menggetarkan di PBB

Berita GolkarPenasehat Ahli Balitbang DPP Partai Golkar, Prof. Dr. Henry Indraguna, SH, MH, menilai pidato Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York pada 23 September 2025 sebagai momentum bersejarah yang mengembalikan Indonesia ke panggung global.

Menurutnya, pidato selama 19 menit yang disiarkan langsung melalui kanal YouTube PBB itu sarat heroisme dan patriotisme. “Pemimpin negara berkembang yang kini menjadi panglima dari 286 juta penduduk Indonesia ini tampil penuh energi, solidaritas tinggi, pesan damai bermakna, dan compassion yang membumi,” ujar Henry.

Ia menyebut tidak berlebihan bila Prabowo dijuluki Little Soekarno. “Sosok Prabowo ini begitu berani menentang penindasan kedaulatan bangsa, imperialisme dan kolonialisme, mencerabut hak-hak asasi manusia, pemusnahan peradaban sebuah bangsa hingga genosida yang dibekingi hegemoni pengaruh negara adidaya,” ucapnya.

Henry menegaskan sikap tersebut sejalan dengan jejak Bung Karno yang dulu menentang keras praktik imperialisme dan menggagas Gerakan Non-Blok. Menurutnya, semangat itu kini dihidupkan kembali oleh Prabowo untuk menegaskan pentingnya perdamaian dunia di tengah tantangan geopolitik dan ekonomi.

Dalam pidatonya, Prabowo juga menyinggung isu Palestina secara lugas. “Solusi dua negara (two-state solution) yang kembali ditegaskan Presiden Prabowo dalam Sidang Majelis Umum PBB harus segera diterjemahkan ke dalam langkah konkret oleh komunitas internasional,” kata Henry.

Ia menambahkan, “Indonesia mengusung solusi dua negara untuk kemerdekaan Palestina yang didukung oleh berbagai negara yang mengakui Palestina. Namun, deklarasi ini hanya akan menjadi simbol diplomasi tanpa memberikan dampak bagi rakyat Palestina yang hingga kini masih mengalami penjajahan, penindasan, dan genosida apabila tidak ada langkah nyata selanjutnya dari PBB dan dunia internasional.”

Henry juga menilai Prabowo tampil elegan dengan menyerukan persatuan dan kesetaraan antarbangsa. “Presiden Prabowo menjadi bintang di podium ruang rapat utama PBB yang begitu jelas dan lugas bahwa Indonesia telah kembali ke panggung multilateral diplomasi,” ujarnya kepada suarakarya.id di Jakarta, Jumat (26/9/2025).

Profesor dan Guru Besar Unissula Semarang ini menegaskan pesan utama pidato Prabowo: Indonesia is back in multilateralism diplomacy. Menurutnya, dengan retorika penuh semangat, Presiden RI ke-8 itu berhasil menempatkan Indonesia sebagai mercusuar harapan bagi Global South.

Henry juga mengutip langsung pidato Prabowo, “Keadilan adalah fondasi perdamaian. Tanpa pengakuan terhadap negara Palestina, perdamaian di Timur Tengah hanyalah ilusi.”

Lebih jauh, ia menyebut Prabowo menawarkan pengakuan Indonesia terhadap Israel jika Palestina diakui penuh, bantuan pangan hasil swasembada nasional untuk rakyat Gaza, hingga kesiapan mengirim pasukan perdamaian PBB ke Gaza atau Ukraina.

Presiden Prabowo pun mengkritik ketidakadilan global melalui doktrin Thucydides. “Yang kuat melakukan apa yang mereka bisa, yang lemah menanggung apa yang harus mereka tanggung,” katanya. Dalam pandangan Prabowo, PBB harus menjadi penjaga keadilan, bukan alat kekuasaan.

Seruan reformasi global yang inklusif dari Prabowo disambut standing ovation dari berbagai delegasi. Pujian datang dari Raja Yordania Abdullah II hingga Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva. Media internasional seperti Al Jazeera menyebut pidato ini “berapi-api” dan visioner. Di dalam negeri, politisi lintas partai dari Puan Maharani hingga Fadli Zon juga menyebutnya sebagai kebanggaan nasional.

Manifesto Kemanusiaan

Henry menilai pidato Prabowo bukan sekadar pidato, melainkan manifesto kemanusiaan. “Doktrin Thucydides dari beliau mencerminkan penolakan terhadap realpolitik yang mengorbankan yang lemah, sejalan dengan prinsip keadilan distributif John Rawls,” jelasnya.

Ia juga menyoroti salam multireligi Prabowo sebagai simbol kosmopolitanisme. “Itu bukan sekadar simbol, tapi visi Indonesia yang memosisikan diri untuk menjembatani perpecahan dunia agar tak semakin parah,” katanya.

Lebih lanjut, Henry mengaitkan pidato tersebut dengan etika tanggung jawab Hans Jonas. “Presiden RI ke-8 ini menunjukkan Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk generasi mendatang. Tapi visi ini harus diwujudkan dengan bantuan konkret ke Palestina dan reformasi domestik yang adil,” tegas politisi Golkar asal Jateng tersebut.

Menurutnya, pidato ini mencerminkan identitas Indonesia yang berpijak pada kemanusiaan universal, namun tetap berakar pada sejarah dan budaya bangsa. “Presiden Prabowo telah mengembalikan nama Indonesia di panggung dunia. Kini, dunia menanti langkah konkret Indonesia untuk mewujudkan visi perdamaian dan keadilan yang digaungkan,” pungkas Wakil Ketua Dewan Pembina Kongres Advokat Indonesia (KAI) itu.

Leave a Reply