Berita Golkar – Konstelasi politik di internal Partai Golkar Sulsel jelang Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Sulsel, kian memanas. Manuver dan rivalitas Ilham Arief Sirajuddin (IAS) dengan Munafri Arifuddin (Appi) dalam memperebutkan kursi Ketua DPD I Golkar Sulsel semakin tampak.
Usai Appi mengobarkan bukti keseriusannya ingin naik level dari Ketua DPD II Golkar Makassar, menjadi Ketua DPD I Golkar Sulsel, kini IAS muncul dengan semangat yang sama. Tak tanggung-tanggung, mantan Wali Kota Makassar dua periode itu ikut melakukan hal yang sama menjajaki pengurus-pengurus DPD II Golkar di Sulsel.
Klaim Appi telah mendapat belasan surat rekomendasi dari pengurus DPD II Golkar di Sulsel, tak menyurutkan semangat IAS bergerak. ‘Bak Petarung, IAS tetap melakukan kunjungan dan pertemuan-pertemuan dengan pengurus DPD II Golkar di sejumlah daerah, termasuk dengan Ketua DPD I Golkar Sulsel, Taufan Pawe.
Manuver politik IAS ini juga disebut-sebut bisa mengancam peta politik Appi yang selama ini telah di bangun. Apalagi, hingga sekarang ini jadwal pelaksanaan Musda Golkar Sulsel belum ditentukan, semua kemungkinan termasuk pengalihan dukungan masih sangat berpotensi untuk dialihkan.
Pengamat politik dari Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Sukri Tamma menjelaskan, pertemuan IAS dengan Taufan Pawe bisa saja hanya pertemuan biasa sebagai kader senior Golkar.
“Saya kira pertemuan tokoh menjelang pemilihan ini adalah hal yang pasti dilakukan. Ada dua alasan, bisa jadi dalam urusan dukung-mendukung, atau bisa jadi dalam kerangka aspek etika. Bahwa sesama ini tetap saling berkunjung meskipun mungkin saling berbeda pendapat, atau tidak sejalan atau bahkan saling bersaing,” ungkap Prof Sukri, dikutip dari Fajar.
Jika pertemuan itu hanya silaturahmi, mengingat nama Taufan Pawe ikut muncul sebagai salah satu kandidat yang bakal maju dalam Musda Golkar Sulsel nanti, menurut Prof Sukri, ini bisa dimaknai positif dalam etika bepolitik. Artinya, mereka tetap saling berinteraksi meskipun ada persaingan.
Namun jika pertemuan itu merupakan agenda kolaborasi untuk mendapatkan kursi Ketua DPD I Golkar Sulsel, kata Prof Sukri, maka itu akan menjadi kekuatan besar. Mengingat IAS dan Taufan Pawe adalah tokoh Golkar Sulsel dan punya pendukung masing-masing.
“Apalagi jika disandingkan dengan kandidat-kandidat lain, cukup kuat. Sehingga hitung-hitungannya adalah bersatu atau saling mendukung itu bisa jadi satu peluang, tinggal mengatur saja bagaimana solusi politik yang diambil ketika ada kesepakatan saling mendukung,” ungkapnya.
“Kalau mereka bergabung, kan logika sederhananya parah pendukung mereka bisa diarahkan untuk mendukung siapapun kesepakatan mereka. Jadi kalau misalnya itu benar terjadi, maka tentu akan menjadi tambahan bagi yang didukung. Jadi kalau memang betul bersatu dan saling mendukung dan memutuskan dukungan pada satu saja dan seterusnya, tentu itu akan menjadi tantangan bagi kandidat lain yang tidak ikut di dalamnya, dalam hal ini barangkali Pak Appi yang juga akan maju,” sambungnya.
Mengenai peluang IAS, mengingat sebelumnya pernah meninggalkan Golkar dan bergabung dengan Demokrat lalu kemudian kembali ke Golkar, menurut Prof Sukri, sejauh ini tidak begitu berpengaruh terhadap kader-kader Golkar. Hal tersebut terbukti dari tidak adanya riak-riak penolakan IAS kembali bergabung ke Golkar, justru kembali mendapatkan karpet merah dan tetap dihormati sebagai tokoh Golkar.
“Kalau kita liat kecenderungannya meskipun memang pernah di Demokrat tapi orang tidak akan pernah lupa bahwa beliau lahir dari Golkar. Sehingga kader-kader yang ada akan melihat bagaimana pun darah Golkar itu tidak akan hilang. Saya juga melihat kecenderungan, karena kalau IAS memang dianggap bahwa dalam tanda petik pernah tidak sejalan dengan parti atau mengkhianati parti, maka pasti akan ada gerakan untuk menolak secara besar-besaran, tapi inikan tidak terjadi. Artinya mereka menganggap wajar saja pak IAS maju karena ada darah Golkarnya,” terangnya.
Pengamat Politik Post Politica Indonesia Anis Kurniawan juga melihat hal yang sama. Menurutnya, pertemuan IAS dengan Taufan Pawe bisa dimaknai sebagai pertemuan biasa antar tokoh politik jelang Musda Golkar, juga bisa dimaknai lain bahwa ada peluang besar kedua elit Golkar itu akan kolaborasi.
“Bisa bermakna biasa, karena pertemuan antar elit adalah bagian dari silaturahmi maupun konsolidasi. Dapat bermakna luar biasa karena membuka peluang adanya penjajakan peluang dan kepentingan. Untuk yang kedua ini menarik, sebab penjajakan tentu berpotensi menghasilkan kesepakatan apapun termasuk peluang koalisi,” ujar Anis.
Anis juga menjelaskan, jika melihat sinyal politik dari pertemuan kedua mantan wali kota itu, sangat memungkinkan adanya lobi-lobi politik yang nantinya bisa berujung pada koalisi diantara mereka. Apalagi di tengah gejolak perebutan posisi Ketua DPD I Golkar Sulsel.
“Sinyal membaca peluang dan menarik benang merah yang memungkinkan mereka beririsan kepentingan. Itu artinya akan ada negosiasi lebih “deep” soal peta kekuatan dan opsi-opsi yang mungkin terjadi. Kemungkinan koalisi tentu saja ada, termasuk kemungkinan mengukur kandidat yang paling kuat dalam Musda Golkar,” ungkapnya.
Jika itu terjadi, maka peta dukung di internal Partai Golkar di Sulsel, juga disebut sangat berpotensi akan berubah. Termasuk dukungan yang telah diterima Appi, bisa saja berubah haluan di tengah jalan menuju Musda Golkar Sulsel.
“Kalau benar ada koalisi pada keduanya tentu akan mengubah peta dukungan. Tetapi bukan berarti bahwa koalisi tersebut dapat memenangkan kontestasi di Musda, mengimbangi mungkin. Tapi, sekali lagi “show force” penting dalam suatu kontestasi partai untuk meyakinkan basis dukungan DPD II,” sebutnya.
Apalagi, kata Anis, pemilik suara akan lebih condong pada kandidat yang benar-benar memiliki dukungan dan potensi menang paling meyakinkan. Dengan begitu, posisi Appi akan tergerus dari pergerakan IAS bisa saja tidak mempan.
“Sekali lagi pertemuan ini akan menimbulkan spekulasi di DPD II. Tergerus atau tidak tergantung lobi-lobi politik yang dikompromikan IAS dan Taufan Pawe. Sekali lagi, peta dukungan akan mengarah pada tokoh paling potensial dan meyakinkan,” pungkasnya. {}