Berita Golkar – Daerah Pemilihan (Dapil) Jabar VII yang meliputi Kabupaten Bekasi, Karawang, dan Purwakarta merupakan Dapil neraka khususnya dalam perebutan kursi DPR RI. Terdapat total kuota 10 kursi DPR RI yang tersedia dari Dapil ini dan diperebutkan oleh ratusan Caleg dari 18 partai politik peserta Pemilu 2024. Pada Pemilu 2019 lalu, Dapil Jabar VII ini didominasi oleh Partai Golkar dan Partai Gerindra yang masing-masing mendapatkan dua kursi DPR RI.
Partai Golkar diisi oleh nama Dedi Mulyadi dan Puteri Komarudin, sementara kursi DPR RI Partai Gerindra dikuasai oleh Obon Tabroni dan Putih Sari. Sisanya, masing-masing partai, PKB, PKS, PAN, PDIP, Nasdem dan Demokrat hanya mendapatkan satu kursi DPR RI. Berdasar data empiris, Dapil Jabar VII ini bisa dibilang merupakan lumbung suara Partai Golkar.
Sejak Pemilu 2004 sampai 2019 yang lalu, Partai Golkar selalu berhasil memboyong dua kursi DPR RI terlepas dari siapa pemenang Pemilu pada saat itu. Namun bisa jadi berbeda cerita di Pemilu 2024, kekuatan Partai Golkar di Dapil Jabar VII diuji dengan perubahan komposisi Caleg DPR RI menyusul kepindahan Dedi Mulyadi ke Partai Gerindra. Bagaimana kemungkinannya? Mungkinkah Partai Golkar bisa pertahankan raihan dua kursi DPR RI di Dapil ini?
Analisis
Dengan hengkangnya Dedi Mulyadi, jelas ancaman menurunnya suara Partai Golkar terpampang di depan mata. Tapi seperti yang sudah pernah dijelaskan oleh Achmad Taufan Soedirjo bahwa Partai Golkar bukanlah entitas politik yang bertumpu pada kekuatan figur. Partai ini telah jauh lebih modern dengan sistem kaderisasi yang telah mengakar hingga di tingkat desa.
Achmad Taufan Soedirjo sendiri merupakan Caleg Partai Golkar Dapil Jabar VII. Sama seperti kami, ia juga merasa optimis bahwa partai yang telah membesarkan dirinya ini mampu berbicara banyak di Pemilu 2024 meski telah ditinggal oleh figur potensial seperti Dedi Mulyadi.
Saat ini kondisi Partai Golkar memang sedikit berat, Partai Golkar Kabupaten Purwakarta masih belum optimal sepeninggal Ketua DPD, Maula Akbar yang ikut hengkang bersama Dedi Mulyadi ke Partai Gerindra. Tetapi tak ada gerbong besar Partai Golkar yang ikut hengkang bersama keduanya. Jejaring Partai Golkar dari tingkatan DPD hingga PK dan PD masih solid di bawah naungan beringin.
Sementara itu, Partai Golkar Kabupaten Bekasi juga belum menemukan bentuk terbaik setelah kehilangan dua figur sentral mereka, Neneng Hasanah Yasin dan Eka Supria Atmaja. Meski begitu, figur pengganti Achmad Marjuki bukanlah sosok sembarangan, ia adalah orang yang berpotensi mengembalikan kejayaan Partai Golkar di Kabupaten Bekasi. Perlahan tapi pasti, kini Golkar Kabupaten Bekasi mulai mendapatkan kestabilannya.
Dengan kondisi tersebut, otomatis hanya Partai Golkar Karawang di bawah kepemimpinan Ketua DPD, Sukur Mulyono yang secara efektif berada dalam kestabilan kepengurusan. Tetapi jika hanya bertumpu pada Kabupaten Karawang di Pemilu 2024, tentu kita harus bersiap dengan hasil terburuk yang bisa diterima, yakni hanya mendapat satu kursi DPR RI.
Figur Potensial
Menilik kekuatan Partai Golkar di masing-masing DPD yang berada dalam Dapil Jabar VII bukanlah satu-satunya indikator untuk menakar kemampuan mendapatkan kursi DPR RI dari Dapil ini. Paling penting adalah bagaimana komposisi Caleg yang akan bertarung di Dapil Jabar VII ini.
Peta kekuatannya saat ini, Partai Golkar hanya memiliki satu Caleg DPR RI incumbent, yakni Puteri Komarudin. Pada Pemilu 2019 lalu, Puteri Komarudin memiliki bekal sebesar 70.164 suara. Dengan jumlah total suara sebanyak 4,41 juta, ‘harga’ satu kursi DPR RI dengan metode BPP (Bilangan Pembagi Pemilih) di Dapil Jabar VII cukup tinggi, yakni sebesar 441.000 suara.
Artinya, suara yang dimiliki Puteri Komarudin secara individu belum cukup aman untuk mendapatkan satu kursi DPR RI. Skema BPP itu belum mencakup dengan skenario parliamentary threshold, jumlah suara sah, dan sebagainya.
Sedangkan untuk Bacaleg Partai Golkar yang akan bertarung di Dapil Jabar VII, kami menemukan terdapat 9 orang yang telah mendaftarkan diri. Selain Puteri Komarudin, ada pula nama Achmad Taufan Soedirjo, Dadang S. Muchtar, Rina Dwi Andini, Mascot Siregar, Rekson Silaban, Almaida Rosa Putra, Asep Surya Atmaja, dan Faula Fardhotin Rosiyanti.
Jika menilik nama-nama tersebut, ada beberapa yang masih dapat ditelisik keberadaannya di media dan sarana publikasi secara online, baik rekam jejak maupun latar belakangnya sehingga dapat diukur seberapa berpotensi figur-figur tersebut untuk unggul di Pemilu 2024 nanti.
Ada nama Achmad Taufan Soedirjo, Dadang S. Muchtar, Rekson Silaban, Almaida Rosa Putra dan Asep Surya Atmaja cukup mudah ditemukan profilnya. Achmad Taufan Soedirjo misalnya, ia adalah cukup masif dalam pemberitaan. Setiap kali turun ke Dapil untuk sosialisasi mengenai dirinya, Achmad Taufan Soedirjo selalu membagikan ke media sosial miliknya pribadi, potret dokumentasi pun tak luput dari pemberitaan.
Kami mendapati Achmad Taufan Soedirjo sudah masif turun ke Kabupaten Karawang, Bekasi dan Purwakarta selama tiga tahun terakhir. Beberapa kegiatan pun dilaksanakannya, seperti temu relawan, peresmian posko pemenangan di Karawang dan Bekasi, santunan anak yatim, pemberian hewan kurban, pengobatan gratis, dan kegiatan lainnya.
Di internal DPP Partai Golkar pun posisi Achmad Taufan Soedirjo cukup kuat. Ia adalah figur politisi muda yang tanpa cela. Loyalitasnya telah teruji kala melakukan pembelaan terhadap kepentingan politik Partai Golkar dan Ketua Umum Airlangga Hartarto di tingkat nasional. Sebagai Waketum PP AMPG dan Wakil Ketua Umum Ormas MKGR, organisasi pendiri Partai Golkar, Achmad Taufan Soedirjo juga memiliki basis massa yang konkret di masing-masing kabupaten.
Keberadaan Achmad Taufan Soedirjo bisa jadi pembeda dan penyegar di Dapil Jabar VII. Ia adalah figur yang bagi redaksi Golkarpedia bisa menjadi pengganti bagi sosok Dedi Mulyadi. Semangat serta gerak langkahnya yang masih jauh bisa membuat jangkauannya tak terbatas terhadap pemilih. Tapak kaki Achmad Taufan Soedirjo di Karawang dan Bekasi terekam jelas di berbagai media. Ia tak terhalang ego sektoral para pemilih.
Selain Achmad Taufan Soedirjo, ada pula nama Dadang S. Muchtar. Figur ini sebenarnya cukup kuat, pada masanya. Ia adalah mantan Bupati Karawang dan pernah duduk di kursi DPR RI pada periode 2014-2019. Tetapi ia sudah senja, kekuatan basis massanya pun hanya berada di Kabupaten Karawang.
Selanjutnya Rekson Silaban, namanya memang cukup mudah ditemukan. Pada laman wikipedia, Rekson Silaban diketahui merupakan aktivis buruh dan pernah pula menjabat sebagai Dewan Pengawas BPJS Kesejahteraan pada periode 2016-2021. Tetapi posisinya sulit untuk Pemilu 2024.
Suara buruh yang mungkin bisa diandalkan oleh Rekson Silaban akan terpecah. Buruh memiliki figur Obon Tabroni dari Partai Gerindra dan Rieke Diah Pitaloka dari PDIP yang juga concern terhadap persoalan tenaga kerja. Selain itu, keberadaan Partai Buruh di Pemilu 2024 diyakini akan membuat suara buruh di tiga daerah industri Dapil Jabar VII terbelah secara terstruktur.
Dua nama terakhir, Almaida Rosa Putra dan Asep Surya Atmaja bisa jadi kambing hitam. Almaida Putra merupakan anggota DPRD Provinsi Jabar incumbent, ia juga merupakan suami mantan Bupati Bekasi, Neneng Hasanah Yasin. Sementara Asep Surya Atmaja adalah anggota DPRD Kabupaten Bekasi incumbent dan merupakan adik kandung dari mantan Bupati Bekasi, Almarhum Eka Supria Atmaja.
Keduanya bisa jadi akan memperebutkan ceruk suara yang sama di Kabupaten Bekasi, basis suara keduanya tak berbeda, ada di sekitar Cikarang Raya, Utara Kabupaten Bekasi dan daerah Selatan yang menjadi basis suara Neneng Yasin sewaktu memimpin Kabupaten Bekasi.
Tetapi langkah keduanya bakal sulit menyusul ketiadaan figur utama, berbeda saat Pemilu 2019, di Pemilu 2024, baik Neneng Yasin dan Eka Supria Atmaja jelas tak mungkin mendukung keduanya secara langsung untuk berkontestasi secara politik sebagai Caleg DPR RI dari Partai Golkar.
Pada akhirnya, kami berpendapat dua kursi masih mungkin didapatkan oleh Partai Golkar, dengan catatan, Puteri Komarudin bisa menaikkan jumlah suaranya sampai 100 ribu suara lebih sementara kursi kedua bisa mendapatkan lebih dari 50 ribu suara. Suara partai dan dukungan Caleg lain pun harus masif.
Jika pada Pemilu 2019, Partai Golkar mendapatkan total suara 523.248 maka di Pemilu 2024 partai berlambang beringin ini jangan sampai turun di bawah 500 ribu suara apabila ingin mempertahankan raihan dua kursi DPR RI yang selalu didapatkan Partai Golkar sejak Pemilu 2004. Puteri Komarudin dan Achmad Taufan Soedirjo bisa jadi figur yang diandalkan di Dapil ini. {redaksi}