Berita Golkar – Ace Hasan Syadzily merupakan satu dari sekian banyak intelektual di Partai Golkar. Bukan sekadar intelektual, Ace Hasan sudah masuk dalam kategori cendekiawan. Lahir dengan nama lengkap Tubagus Ace Hasan Syadzily, di Pandeglang Banten 19 September 1976. Lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta ini menjelma menjadi salah satu politisi terbaik di tanah air.
Partai Golkar beruntung memiliki Ace Hasan Syadzily, ia adalah figur yang lengkap dalam segala sisi. Latar belakang pendidikan mumpuni, sepak terjang di organisasi pun tak perlu diragukan. Lahir dari pasangan KH. TB. A. Rafei Ali dan Hj Siti Sutihat. Ace Hasan Syadzily dibesarkan oleh kedua orangtuanya dalam tradisi Pesantren yang kental dan aktivitas politik yang sangat kuat.
Ayahnya seorang Pengasuh Pondok Pesantren Annizhomiyyah di Pandeglang dan berkecimpung secara mendalam di Partai Golkar pada era Orde Baru dalam kepengurusan DPD Partai Golkar Kabupaten Pandeglang, Banten. Ayah Ace Hasan, KH. Rafei Ali, pernah menjadi Anggota DPRD dari Partai Golkar selama 4 periode.
Ace Hasan Syadzily muda menyelesaikan sekolah dasarnya di Labuan dan ketika mulai menapaki pendidikan menengah ia melanjutkan di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya dan Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Dasar ilmu keagamaan yang kuat membuat Ace Hasan Syadzily istiqomah pada jalannya untuk terus mendalami ilmu agama. Pada tahun 1994 Ace Hasan melanjutkan pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan sastra arab dan lulus pada tahun 2001.
Jika melihat jenjang waktu penyelesaian studi sarjana, suami dari Rita Fitria ini terhitung cukup lama menyelesaikan studinya dari tahun 1994 sampai tahun 2001. Ia memiliki alasan tersendiri mengapa terlambat menyelesaikan studi.
Selama masa kuliah Ace Hasan terlibat aktif dalam dunia organisasi. Sejak kuliah ini lah ia belajar berorganisasi termasuk berpolitik.
Ace Hasan tercatat menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Bahasa dan Sastra Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1995-1997, Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1997-1988 dan menjadi Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 1998-2000.
Di luar organisasi yang sudah baku baik di internal kampus, Ace Hasan juga mendapat penempaan secara intelektual di lingkungan kelompok studi Forum Mahasiswa Ciputat (FORMACI) dan organisasi eksternal kampus, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat. Selain studi keislaman, di kelompok studi ini minat studi Filsafat dan Ilmu Sosial & ilmu Politik terus digali.
Proses interaksi dan pergumulan pemikiran di Ciputat menjadikan Ace Hasan sangat mengagumi dan mempelajari gagasan pemikiran Almarhum Nurcholish Madjid alias Cak Nur, yang dikenal sebagai lokomotif gerakan pembaharuan pemikiran Islam Indonesia.
Secara kebetulan meski berbeda generasi, Ace Hasan dan Cak Nur berada dalam lokomotif yang sama, keduanya dilahirkan secara pemikiran dan intelektualitas dari HMI. Atas kegemarannya membedah pemikiran Cak Nur, semasa mahasiswa Ace Hasan sering mengikuti ceramah Cak Nur, terutama di Yayasan Paramadina.
Dari Cak Nur-lah Ace mengenal gagasan tentang Islam modern, Islam yang moderat. Tahun 1998 di masa reformasi, Ace Hasan sempat terlibat aktif dalam gerakan mahasiswa 1998 dengan menggalang gerakan mahasiswa dari kampus ke kampus bersama aktivis gerakan mahasiswa lainnya.
Masih di masa menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, Ace Hasan juga aktif terlibat sebagai peneliti lapangan di beberapa lembaga riset. Salah satunya LP3ES, LSAF (lembaga studi Agama dan Filsafat), HP2M dan sempat mengajar asisten dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun 1999, di tengah euphoria reformasi, Ace Hasan terlibat aktif dalam lembaga kajian yang didirikan para akademisi Ciputat semisal Prof Azyumardi Azra, yaitu Indonesian Institute for Civil Society (INCIS). Lembaga ini melakukan riset tentang Civil Society dan melakukan advokasi dengan dukungan lembaga-lembaga internasional seperti USAID, TIFA Foundation dan lain-lain.
Selesai menamatkan gelar sarjananya di UIN Jakarta, Ace Hasan langsung melanjutkan pendidikan magister S2 bidang antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia sampai pada tahun 2004.
Tiga tahun setelah lulus menamatkan gelar magister, Ace Hasan mulai mencoba sekaligus mempraktikkan ilmu yang dipelajarinya di tingkat magister dengan berkiprah di politik praktis. Ace Hasan memilih Partai Golkar sebagai pelabuhannya. Kedekatan dirinya dengan Partai Golkar sedari kecil dari sang ayah sedikit banyak mempengaruhi pilihannya secara logis.
Awal mula aktif sebagai kader Partai Golkar, Ace Hasan terlibat aktif sebagai Anggota Pokja Hubungan Luar Negeri di bawah koordinasi Ketua bidang Hubungan Luar Negeri, Agus Gumiwang Kartasasmita. Tahun 2007 ia dipercaya masuk dalam jajaran kepengurusan DPP Partai GOLKAR sebagai Ketua Departemen Keagamaan di bawah kepemimpinan Ketua Umum Jusuf Kalla yang juga Wakil Presiden RI.
Masih pada tahun 2007, Ace memenuhi undangan Kementerian Luar Negeri Jepang untuk mengikuti Exchange Program of Young Politician Partai Golkar yang dilaksanakan pada 7 -27 februari 2007. Program tersebut merupakan bagian dari kerjasama Partai GOLKAR dengan Partai Liberal Jepang dengan melakukan dialog dengan politisi muda Jepang serta berbagi pengalaman tentang sistem sosial, politik, ekonomi dan budaya Jepang.
Tahun 2008, ia menerima undangan dari Konrad Adenaeur Stiftung (KAS) untuk mengikuti Program of Youth Politician of Golkar Party to Germany. Program ini merupakan Program dialog politisi muda Partai Golkar untuk mempelajari tentang sistem sosial politik ekonomi di Jerman.
Ace Hasan Syadzily tidak berpuas diri dengan kapasitas keilmuan yang dimilikinya, di sela kesibukannya berpolitik. Tahun 2010 ia melanjutkan studi S3 Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran, Bandung, yang diselesaikannya tahun 2014.
Sembari menamatkan pendidikan S3 Ace Hasan tak berhenti berproses dalam karir politiknya. Di tahun 2010, Ace pernah menjadi Ketua Pengurus Pusat Gerakan Pemuda ANSOR di bawah Kepemimpinan Nusron Wahid. Selain itu, Ace juga pernah menjadi Ketua bidang Pemuda Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI), semua ia jalani di waktu yang sama yakni medio tahun 2010-2015. Di medio tahun itu juga, Ace Hasan tercatat pernah menjabat sebagai Pengurus GEMA MKGR sebagai Ketua.
Di bawah kepemimpinan Ketua Umum Aburizal Bakrie (2009-2014), Ace tercatat menjadi Pengurus DPP Partai Golkar pada Departemen Kerjasama dengan ORMAS. Tahun 2012 terjadi revitalisasi dalam kepengurusan Partai Golkar dan Ace Hasan dipromosikan menjadi Wakil Sekretaris Jenderal.
Selain itu, Ace juga bekerja sebagai Staff khusus Anggota Dewan Pertimbangan Presiden bidang Pembangunan dan Otonomi Daerah, Prof Ginandjar Kartasasmita, di era Presiden SBY-Boediono. Saat Ace bekerja membantu Prof Ginandjar, dia berhasil menyelesaikan Program S3 bidang Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Padjadjaran, Bandung.
Kepada Pak Ginandjar-lah, Ace banyak belajar tentang pemerintahan, politik dan kepemimpinan. Menjadi Asisten Beliau untuk mengajar pada beberapa perguruan tinggi seperti Universitas Brawijaya, Malang; Universitas Pasundan, Bandung; dan Universitas Waseda, Tokyo, Jepang.
Ace Hasan juga sangat aktif mendorong reformasi di tubuh internal Partai Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto dengan menggalang jargon ‘Golkar bersih’. Gerakan ini merupakan upaya untuk mewujudkan penegakan partai politik yang bersih & berintegritas sebagai pilar demokrasi.
Gerakan ini telah menghantarkan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar dan menempatkannya sebagai Ketua Bidang Media & Penggalangan Opini DPP Partai GOLKAR.
Pengalaman Ace Hasan sebagai Anggota DPR RI dimulai pada tahun 2013 dimana Ace masuk sebagai anggota DPR RI pengganti antar waktu. Ace duduk sebagai Anggota Komisi VIII yang membidangi Agama dan Sosial. Dalam tugasnya sebagai Anggota Parlemen tersebut Ace terlibat aktif dalam pembahasan UU Jaminan Produk Halal, revisi UU Perlindungan Anak, UU Pengelolaan Keuangan Haji, UU Desa dan lain-lain.
Tahun 2016, Ace Hasan kembali masuk sebagai Anggota DPR/MPR RI Fraksi Partai Golkar menggantikan Andika Hazrumi yang terpilih menjadi Wakil Gubernur Banten. Ace ditugaskan menjadi Anggota Komisi II yang membidangi Politik dalam negeri.
Ace terlibat aktif dalam pembahasan revisi UU Penyelenggaraan Pemilihan Umum. Dalam kepengurusan Fraksi Partai GOLKAR dipercaya sebagai Wakil Sekretarsi Fraksi Partai GOLKAR bidang Politik, Hukum dan HAM.
Pada Pemilu 2019, Ace Hasan Syadzily kembali mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Dapil Jabar II yang meliputi Kabupaten Bandung dan Bandung Barat. Kala itu, Ace Hasan Syadzily mendapatkan 77.334 suara.
Kini Ace Hasan duduk di Komisi VIII DPR RI yang membidangi urusan Agama, Sosial, dan Pemberdayaan Perempuan. Ace Hasan pun dipercaya oleh Fraksi Partai Golkar untuk duduk sebagai Wakil Ketua Komisi VIII DPR. Kiprahnya di DPR terbilang ciamik, Ace Hasan sangat aktif dalam perumusan perundangan dan rapat pembahasan bersama mitra kerja.
Ace Hasan pernah terlibat aktif dalam Pembahasan RUU tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas).
Lalu pembahasan mengenai urgensi RUU Praktik Pekerja Sosial. Ace Hasan juga turut aktif dalam pembahasan hingga pengesahan Rancangan Undang Undang (RUU) Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS). Selain itu Ace Hasan juga turut menggagas mengenai RUU Pondok Pesantren.
Ia juga turut aktif dalam penentuan kuota haji setiap tahunnya bersama dengan Menteri Agama. Kemudian Ace Hasan juga berkontribusi penuh terhadap RUU Penanggulangan Bencana dan masih banyak rapat serta pembahasan bersama mitra kerja yang tercatat.
Selain itu, meski sibuk sebagai salah satu elit politik Partai Golkar, Ace Hasan masih menyempatkan diri menulis kolom di berbagai media massa nasional terkait tentang isu politik, sosial dan ekonomi.
Ia juga tercatat pernah menulis beberapa buku di antaranya: “Kenicayaan Globalisasi dan Nasib Civil Society [Globalization and Civil Society], 2005: Indonesian Institute for Civil Society; Komunitas Sufi Urban di Indonesia [Muhammad Arifin Ilham: The Model of Urban Sufism in Indonesia], 2004: Bandung, Hikmah Kelompok Mizan.
Selanjutnya, buku Demokrasi dan Civil Society: Survey tentang Partisipasi Publik di Jakarta [Democracy and Civil Society: A Survey on Public Participation in Jakarta], 2003. Jakarta: Indonesian Institute for Civil Society.
Menulis di beberapa jurnal dan memberikan sumbangan tulisan, antara lain: Demokrasi dan Kepercayaan, dalam Lutfhie Asy-Syaukani (eds.), Wajah Liberal Islam di Indonesia [Islamic Liberalism in Indonesia], 2000. Jakarta: TUK and Jaringan Islam Liberal.
Ace Hasan Syadzily adalah sosok politisi yang paripurna, lengkap dari segala sisi, memiliki latar belakang mumpuni dari segi pendidikan dan kekuatan dari tapak organisasi yang dijalaninya sejak masa kuliah. Ia adalah gambaran Partai Golkar sepenuhnya, mengedepankan dialektika dan retorika dibanding dengan perdebatan tanpa argumen. Jika ingin melihat bagaimana Partai Golkar, Ace Hasan bisa menjadi contoh dan etalase dari kualitas kader-kader Partai Golkar yang matang secara intelektual. {redaksi}