Berita Golkar – Selain sebagai politisi, Nurul Arifin dikenal sebagai aktris film dan sinetron di era 90an. Puluhan film seperti Naga Bonar bersama Deddy Mizwar, Si Kabayan dan Gadis Kota yang ia bintangi bersama Didi Petet, dan Kanan Kiri Ok bersama Warkop.
Atas sepak terjangnya di dunia perfilman, perempuan dengan nama lengkap Nurul Qomaril Arifin ini sempat Artis Terlaris di tahun 1989. Kemampuan akting yang luar biasa dari Nurul Arifin pula kemudian membuatnya menyabet beragam penghargaan seperti Pemeran Utama Wanita Terbaik FFI 1988 yang masuk dalam nominasi, Pemeran Pendukung Wanita Terbaik FFI 1989 masuk dalam nominasi).
Puncaknya pada 1990 dalam film Kipas-Kipas Cari Angin sebagai Pemeran Utama Wanita Terpuji Film Bioskop Festival Film Bandung ia berhasil membawa piala dan masih banyak lagi prestasi lainnya yang dimiliki oleh wanita kelahiran 18 Juli 1966.
Selain membintangi film, Nurul Arifin juga pernah membintangi sederet judul sinetron di antaranya Reaksi, Ada Ada Saja, Kupu75 Kupu Ungu, dan Aku ingin Pulang.
Di puncak karirnya sebagai selebritis, Politisi Partai Golkar ini kemudian membangun rumah tangga sejak tahun 1991 bersama suaminya, Mayong Suryo Laksono. Pernikahannya dulu sempat menjadi kontroversi karena berbeda keyakinan. Nurul Arifin beragama Islam, sedangkan Mayong beragama Katolik.
Tetapi seiring berjalannya waktu, Nurul Arifin membuktikan bahwa pernikahan beda agama yang ia jalani tidak menjadi masalah untuk kehidupannya. Hingga kini, kedua sejoli ini masih bertahan dalam biduk rumah tangga yang jauh dari gosip dan rumor ketidakharmonisan seperti selebriti lainnya.
Bahkan dari perkawinannya tersebut, Nurul Arifin mendapatkan 2 buah hati yakni Maura Magnalia Madyaratri dan Melkior Mirari Manusaktri yang mengikuti agama sang ayah, Katolik.
Nurul Arifin menyadari bahwa berkarir di dunia hiburan memiliki batas jangka waktu tertentu. Pendatang baru silih berganti datang siap melanjutkan regenerasi. Seiring itu pula Nurul Arifin semakin jarang membintangi film dan sinetron. Atas kesadaran tersebut pada tahun 2000-an, Nurul banting setir, perlahan ia meninggalkan dunia hiburan Indonesia.
Ia kemudian memilih melanjutkan pendidikan tingginya di Universitas Indonesia. Menariknya Nurul Arifin memilih bidang studi Ilmu Politik.Nurul Arifin yang cerdas berhasil meraih gelar sarjana bidang ilmu politik pada tahun 2004. Ia tidak menyiakan waktu, selesai mendapat gelar sarjana ilmu politik, Nurul Arifin kembali melanjutkan pendidikan magister ilmu politik dan menamatkannya pada tahun 2007.
Ilmu politik yang membuatnya jatuh hati menjadikannya harus berkiprah secara total di bidang ini, Nurul Arifin lantas diamanahi posisi sebagai, Pengurus Asosiasi Ilmuwan Politik Indonesia (2005-2018).
Selesai menyelesaikan pendidikan S2 sembari mengembangkan karir dan jaringan di dunia politik, Nurul Arifin sempat mengabdikan diri sebagai dosen Ilmu Politik di Universitas Nasional (UNAS) pada tahun 2007-2009.
Partai Golkar kemudian menjadi pilihannya mengarungi kawah candradimuka dunia politik. Alasan ia masuk Partai Golkar karena merasa partai beringin ini yang mampu memuaskan hasratnya terhadap dunia politik dari sisi intelektualitas maupun politik praktis.
Di tahun 2009 berbekal intelektualitas yang ia miliki dan sisa-sisa popularitas menjadi selebriti era 90an Nurul Arifin berani memajukan diri sebagai calon anggota legislatif dari Partai Golkar. Ia maju dari Dapil Jabar VII yang meliputi Kabupaten Bekasi, Karawang dan Purwakarta ketika itu dan mendapatkan suara yang cukup besar yakni lebih dari 124 ribu pemilih.
Sayangnya, pada tahun 2014, ia gagal maju kembali sebagai anggota DPR RI. Suaranya tersaingi oleh Ade Komarudin dan Dadang Muchtar. Namun, Nurul Arifin tidak berputus asa. Ia tetap setia berada di Partai Golkar, melanjutkan karir politiknya sebagai Staf Khusus Pimpinan DPR-RI (2014–2017).
Kiprah politiknya tidak hanya berada di lingkup Partai Golkar, di luar Partai Golkar, Nurul Arifin pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Penerangan dan Informatika FKPPI (2015-2020).
Sementara di internal DPP Partai Golkar, Nurul Arifin tercatat pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Media dan Penggalangan Opini DPP Partai Golkar pada tahun 2016-2018. Lalu Ketua Bidang Pemenangan Partai Wilayah Jawa Barat Tengah DPP Partai Golkar pada 2018-2019.
Di tahun 2017, Nurul Arifin kembali mencoba peruntungan dalam kontestasi politik. Ia mencalonkan diri sebagai Calon Walikota Bandung, berpasangan dengan Chairyl Hidayat, anak kandung M.S. Hidayat. Ia kembali kalah dalam kontestasi Pilwakot Bandung, kali ini kekalahannya didapat dari Cawalkot petahana, Oded M. Danial.
Kapasitas dan kapabilitas Nurul Arifin membuatnya tetap dipandang sebagai salah satu elit DPP Partai Golkar yang bisa diandalkan. Hal itu terbukti dari posisinya yang urung berubah di DPP Partai Golkar meski partai ini telah mengalami pergantian kepemimpinan. Di bawah komando Airlangga Hartarto, Nurul Arifin diamanahi jabatan sebagai Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar.
Pada Pemilu 2019 lalu, Nurul Arifin mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI lagi, tetapi ia pindah Dapil. Sisa-sisa popularitas dan elektabilitas pada Pilwakot Bandung ditambah memang Nurul Arifin bertempat tinggal di Bandung membuatnya mengambil Dapil Jabar I yang meliputi Kota Bandung dan Kota Cimahi. Dari Dapil Jabar I Nurul Arifin mendapatkan 35.713 suara.
Nurul Arifin kemudian ditempatkan oleh Fraksi Partai Golkar DPR RI di Komisi I DPR yang membidangi urusan Pertahanan, Intelijen, Luar Negeri, Komunikasi dan Informatika.
Kinerjanya di Komisi I DPR RI pun terbilang mentereng dan sangat aktif. Nurul Arifin terlibat dalam beberapa perumusan RUU dan rapat pembahasan bersama lembaga mitra. Di antaranya sebagai anggota Baleg DPR RI ia terlibat aktif dalam Penyusunan RUU tentang Larangan Minuman Beralkohol.
Nurul Arifin juga aktif dalam rapat-rapat Pembahasan Daftar Inventarisasi Masalah Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja. Lalu dalam pembahasan Revisi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Kemudian Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla RI). Nurul Arifin juga ikut dalam rapat penjelasan permasalahan pemberhentian Dirut LPP TVRI oleh Dewas LPP TVRI. Kemudian, Evaluasi Prolegnas Tahun 2015-2019 dalam Rangka Penyusunan Prolegnas Tahun 2020-2024 dan Prolegnas Prioritas Tahun 2020.
Rapat Dengar Pendapat dengan Lembaga Sensor Film (LSF). Kemudian, rapat pembahasan perumusan RUU tentang Perubahan UU 32/2002 tentang Penyiaran.
Nurul Arifin menjadi salah satu figur kunci di Partai Golkar dan DPR RI dalam agenda-agenda legislasi DPR. Popularitasnya yang masih membekas di benak publik membuat karakter seorang Nurul Arifin sangatlah kuat. Di samping itu, sebagai politisi yang berangkat dari dunia hiburan tanah air, Nurul Arifin tidak hanya bermodalkan ketenaran dan popularitas. Latar belakang pendidikannya pun menunjang di dunia politik seperti yang dijalaninya sekarang.
Nurul Arifin bisa menjadi contoh tentang bagaimana seorang public figure yang hendak mengarungi dunia politik haruslah dibekali dengan kapasitas serta kapabilitas mumpuni. Dengan adanya latar belakang pendidikan yang matang seperti Nurul Arifin, nilainya sebagai politisi pun akan sulit disaingi, hasil dari popularitas dan kapabilitas proses penempaan dirinya. {redaksi}