Menperin Agus Gumiwang Dorong Industri Adopsi Teknologi Biotransformation untuk Atasi Sampah Plastik

Berita Golkar – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menerima kunjungan Utusan Khusus Presiden bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu (9/7/2025).

Dalam pertemuan tersebut, dibahas pengenalan teknologi terobosan dari Inggris, yang fokus pada pengembangan plastik biodegradable melalui teknologi biotransformation.

“Teknologi ini menawarkan solusi konkret dalam menghadapi tantangan sampah plastik, khususnya untuk plastik sekali pakai. Dengan pendekatan yang ramah lingkungan, Indonesia berpotensi menjadi pelopor di kawasan regional dalam pengembangan dan penerapan plastik mudah terurai,” ujar  Agus seusai melakukan pertemuan tersebut, dikutip dari Tribunnews.

Teknologi biotransformation ini memungkinkan plastik terurai secara alami dalam waktu yang relatif singkat, tanpa meninggalkan jejak mikroplastik maupun zat beracun. Keunggulan lainnya termasuk kemampuan untuk didaur ulang (recycleable), serta pengaturan waktu biodegradasi sesuai kebutuhan industri.

Agus menekankan bahwa Kementerian Perindustrian akan menindaklanjuti kerja sama ini dengan menyusun roadmap dan rencana aksi penerapan teknologi ramah lingkungan tersebut. Langkah awalnya adalah dengan menyusun Rancangan Standar Nasional Industri (RSNI) untuk produk plastik yang mudah terurai.

“Kita perlu memastikan bahwa seluruh produk plastik dalam negeri ke depan dapat memenuhi standar lingkungan yang ketat. Ini tidak hanya penting untuk keberlanjutan, tetapi juga membuka peluang ekspor ke pasar global yang semakin peduli terhadap isu lingkungan,” tegasnya.

Lebih lanjut, Kemenperin juga akan menyusun kebijakan pemetaan bahan baku potensial yang dapat digunakan untuk memproduksi plastik mudah terurai. Hal ini mencakup pembuatan peta jalan bahan baku serta pemetaan daerah-daerah sumber bahan nabati yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, tanpa mengganggu ketersediaan pangan nasional.

“Riset terpadu antara bahan nabati untuk pangan dan industri sangat krusial. Kita tidak ingin terjadi benturan antara kepentingan ketahanan pangan dan keberlanjutan industri,” tambah Agus.

Kemenperin juga membuka peluang pemberian insentif bagi pelaku industri yang mulai mengadopsi teknologi plastik ramah lingkungan, sebagai bagian dari strategi jangka panjang menuju transformasi industri hijau di Indonesia.

Dengan dukungan teknologi modern dan adanya kolaborasi lintas kementerian serta dari para pelaku industri, diharapkan Indonesia dapat mengurangi secara signifikan dampak lingkungan dari limbah plastik, sekaligus mendorong daya saing industri nasional di era ekonomi berkelanjutan. {}