Berita Golkar – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, menilai daya saing digital Indonesia masih jauh dari memuaskan, meski peringkat Indonesia naik dua tingkat dalam laporan World Digital Competitiveness Ranking 2024 yang dirilis oleh Institute for Management Development (IMD).
Dalam laporan tersebut, Indonesia menempati posisi ke-43 dari total 67 negara yang disurvei. Agus menegaskan, pencapaian itu masih belum bisa dibanggakan.
“Kalau peringkatnya 20 dari 67 mungkin masih agak oke. Tapi 43 dari 67 negara, itu sangat tidak memuaskan. Apalagi bukan dari 150 atau 167 negara, melainkan dari 67 saja,” ujar Agus saat membuka gelaran Indonesia 4.0 Conference & Expo 2025 di Jakarta, Rabu (16/9/2025), dikutip dari Kompas.
Salah satu faktor utama yang menjadi perhatian dalam survei IMD adalah tingkat kesiapan suatu negara dalam memanfaatkan peluang digital. Faktor ini meliputi sikap adaptif, kelincahan bisnis, hingga integrasi teknologi informasi yang semakin dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan.
Menurutnya, kesiapan digital akan menjadi stimulus penting bagi dunia usaha untuk meningkatkan produktivitas, mempercepat inovasi, sekaligus memperkuat daya saing produk Indonesia di pasar global. Agus menekankan bahwa digitalisasi dan penerapan industri 4.0 akan menjadi katalis lahirnya industri yang lebih cerdas, berkelanjutan, serta tangguh menghadapi disrupsi.
Oleh karena itu, penguatan daya saing digital tidak hanya penting bagi sektor manufaktur, tetapi juga bagi pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Data dari 29 perusahaan nasional yang menjadi lighthouse industry 4.0 menunjukkan digitalisasi telah memberikan dampak signifikan terhadap berbagai aspek kinerja industri pengolahan. Dari sisi kecepatan menuju pasar, digitalisasi mampu mempercepat proses hingga mencapai 600 persen.
Dari sisi kelincahan, perusahaan mampu meningkatkan ketepatan pengiriman, mempercepat proses perubahan, dan memangkas waktu tunggu hingga 50 persen. Dari aspek finansial, digitalisasi memungkinkan perusahaan meningkatkan pendapatan hingga dua kali lipat.
Sementara itu, dari sisi pengalaman pelanggan, perusahaan mampu meningkatkan keterlibatan konsumen, mengurangi keluhan, serta mempercepat respons layanan. Yang tidak kalah penting, kata Agus, digitalisasi juga memberikan manfaat besar dari sisi keberlanjutan.
Pemanfaatan teknologi mampu meningkatkan efisiensi energi, menekan konsumsi air, memperbaiki pengolahan limbah, hingga memangkas emisi gas rumah kaca hingga 190 persen. Menurutnya, keunggulan Indonesia dalam inovasi, khususnya di bidang riset ilmiah dan teknologi, perlu terus diiringi dengan berbagai inisiatif yang muncul di dunia usaha.
Ia mendorong agar semakin banyak perusahaan mengajukan usulan inovasi industri kepada Kementerian Perindustrian dalam rangka penghargaan rintisan teknologi industri. {}