Berita Golkar – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pemerintah memperkuat pengembangan sumber daya manusia (SDM) industri dengan bekerja sama dengan berbagai pihak, salah satunya Swiss.
Dia menegaskan bahwa pendidikan vokasi menjadi salah satu pilar utama dalam menyiapkan tenaga kerja kompeten yang mampu bersaing di tingkat global.
“Salah satu strateginya adalah program pendidikan vokasi yang dirancang untuk menghasilkan tenaga kerja industri yang kompeten, adaptif terhadap perkembangan teknologi, serta mampu bersaing di tingkat global,” ujar Agus dalam keterangannya, Minggu (23/11/2025), dikutip dari Kumparan.
Menurut Agus, peningkatan kualitas SDM menjadi faktor kunci dalam menjaga keberlanjutan pertumbuhan industri di tengah persaingan global yang semakin ketat. Seluruh unit pendidikan di bawah Kemenperin pun terus didorong untuk memperkuat kurikulum dan metode pembelajaran agar semakin terhubung dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri.
Sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi, Kemenperin melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) mengelola 11 politeknik, dua akademi komunitas, dan sembilan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai pusat pengembangan SDM industri.
Satuan pendidikan ini berperan penting dalam mencetak lulusan berkompeten yang mudah diserap pasar kerja atau mampu menciptakan usaha sendiri.
Salah satu langkah dalam memperkuat kualitas vokasi adalah penyelenggaraan Pelatihan Industrial-Based Curriculum (IBC), hasil kerja sama antara BPSDMI Kemenperin dan Pemerintah Swiss melalui Swisscontact serta proyek Swiss Skills for Competitiveness (SS4C). Pelatihan ini memastikan kurikulum vokasi benar-benar mencerminkan kondisi, standar, dan kebutuhan industri.
Kepala BPSDMI Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Doddy Rahadi menjelaskan bahwa pendekatan IBC diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi teknis maupun soft skill yang relevan dengan dunia kerja.
“Keberhasilan vokasi sangat bergantung pada kedekatan hubungan antara dunia pendidikan dan industri. Diperlukan fasilitator yang memahami kebutuhan kedua pihak tersebut,” ujarnya.
Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri (PPPVI) Wulan Aprilianti Permatasari berharap peserta pelatihan dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman tersebut ketika melaksanakan Job Occupational Analysis (JOA) sebagai tindak lanjut program.
“Kami optimistis praktik dan wawasan baru ini dapat memperkuat ekosistem vokasi di Sumatera, khususnya Padang,” ujarnya.
Sementara itu, Manager VET Development Swisscontact, Kiky Hendarin, menegaskan pentingnya memperkuat implementasi kurikulum berbasis industri melalui peningkatan kapasitas fasilitator.
“Swisscontact berkomitmen penuh memperluas dukungan agar jumlah fasilitator IBC semakin bertambah dan implementasinya berjalan lebih merata di seluruh Indonesia,” katanya. {}













