Berita Golkar – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membuka peluang bahwa percepatan pembangunan proyek pabrik pemurnian atau smelter bauksit bakal dilakukan di era pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
Bahlil menggarisbawahi banyak proyek smelter bauksit di Indonesia yang mangkrak dan lambat, bahkan sejak dirinya masih menjabat sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
“Saya waktu di Kementerian Investasi [banyak proyek] mangkrak itu. Nah, ke depan izin-izin smelter, siapa pun menterinya saya pikir salah satu tugasnya adalah menyelesaikan urusan-urusan keseriusan pengusaha smelter untuk bauksit. Nikel itu cepat, bauksitnya ini yang agak lambat, kita akan percepat,” ujar Bahlil dalam agenda temu media di kantornya, dikutip Sabtu (19/10/2024) dari Bloomberg.
Dalam kesempatan itu, Bahlil tidak menjelaskan dengan gamblang ihwal posisinya pada pemerintahan mendatang. Menurutnya, hal itu merupakan kewenangan Prabowo untuk mengumumkan jajaran kabinetnya.
Ketika ditanya mengenai kedatangannya ke Kertanegara untuk menghadap Prabowo pada Senin (14/10/2024), Bahlil mengatakan diajak berdiskusi ihwal kedaulatan dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA), juga soal penggunaan SDA untuk kesejahteraan rakyat yang menghasilkan pendapatan negara dan kedaulatan energi.
“Ya kalian terjemahkan sendiri-sendiri. Saya yang jelas diskusi itu bagaimana urusan ekonomi kita, bagaimana orang-orang daerah jangan dizalimi. Pak Prabowo selalu bicara tentang kedaulatan dalam mengelola SDA sesuai Pasal 33 UUD 1945. Kebetulan Kementerian ESDM ini salah satu kementerian yang menjalankan amanat pasal tersebut,” ujarnya.
Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Indonesia (AP3BI) menilai Indonesia belum akan memiliki pabrik pemurnian atau smelter bauksit tambahan dalam waktu dekat, usai Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan peresmian terhadap injeksi bauksit perdana Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase 1 di Mempawah, Kalimantan Barat dengan nilai investasi Rp16 triliun.
Pelaksana Harian Ketua Umum AP3BI Ronald Sulistyanto mengatakan rata-rata progres proyek smelter bauksit yang tengah direncanakan di Indonesia masih berada di bawah 50%.
“Tidak ada, belum ada, rencana sih banyak. Rata-rata [progres] di bawah 50%,” ujar Ronald kepada Bloomberg Technoz, dikutip Rabu (25/9/2024).
Ronald menekankan kendala yang masih dihadapi dalam smelter bauksit adalah investasi. Terlebih, Ronald sebelumnya mengatakan, biaya investasi untuk smelter bauksit adalah sebesar US$1,2 miliar hanya untuk kapasitas 2 juta ton.
Permasalahan selanjutnya, Ronald mengatakan, berkaitan dengan pembangkit listrik yang harus mengurangi penggunaan batu bara.
Menurut Ronald, proyek smelter bauksit terbentur pada upaya untuk mengurangi pencemaran lingkungan melalui pembangkit listrik.
Sebelumnya, PT Superintending Company of Indonesia atau Sucofindo, perusahaan inspeksi di Indonesia, melaporkan bahwa saat ini setidaknya hanya empat dari 12 smelter bauksit di Indonesia yang sudah beroperasi.
Smelter bauksit yang telah beroperasi di Indonesia adalah PT Indonesia Chemical Alumina (ICA), PT Well Harvest Winning Alumina Refinery, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery (ekspansi), dan PT Bintan Alumina Indonesia.
Sementara itu, sebanyak delapan pembangunan proyek smelter bauksit lainnya masih dalam tahap konstruksi dan pembangunannya belum diselesaikan karena beberapa kendala. {}