Menuju Politeknik Agraria, Nusron Wahid Harap Lulusan STPN Ubah Wajah Pelayanan Publik ATR/BPN

Berita Golkar – Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, menegaskan lulusan Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN) harus siap menjadi garda terdepan dalam penyelesaian persoalan agraria yang semakin kompleks di Indonesia.

Pernyataan itu disampaikan dalam Wisuda STPN Tahun Akademik 2024/2025 di Yogyakarta, Sabtu (30/8/2025).

“Pengelolaan agraria di Indonesia sangat kompleks. Luas daratan kita sekitar 190 juta hektare, di mana 120 juta hektare berupa kawasan hutan dan sisanya adalah area penggunaan lain. Kompleksitas inilah yang sering menimbulkan persoalan, mulai dari sengketa, konflik agraria, hingga tantangan dalam pengukuran dan penataan ruang. Karena itu, kehadiran lulusan STPN sungguh sangat dinanti untuk memberikan solusi nyata di dunia agraria,” ujar Nusron, dikutip dari TribunJogja.

Dalam acara tersebut, Nusron juga menyampaikan bahwa STPN tengah berproses menjadi Politeknik Agraria, sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2022 tentang Pendidikan Tinggi Vokasi. Menurut laporan pimpinan kampus, progres transformasi sudah mencapai sekitar 80 persen.

“Insya Allah, pada tahun ini STPN resmi beralih status menjadi Politeknik Agraria. Transformasi ini adalah capaian besar yang menunjukkan komitmen STPN dalam meningkatkan kualitas pendidikan, memperkuat aspek vokasional, dan menghasilkan lulusan yang lebih aplikatif di sektor pertanahan,” katanya.

Nusron mengingatkan bahwa mayoritas lulusan STPN akan berkarier di lingkungan ATR/BPN. Karena itu, mereka dituntut untuk mengubah wajah pelayanan publik di bidang pertanahan yang selama ini masih kerap dikeluhkan.

“Kita harus meninggalkan ‘penyakit lama’ pelayanan, yaitu proses yang berbelit-belit dan tidak seragam. Lulusan STPN harus tampil profesional, berintegritas, melayani dengan sepenuh hati, serta menjunjung prinsip clean and serviceable — bersih dan dapat dipercaya,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Nusron juga memberikan apresiasi kepada orang tua dan keluarga wisudawan yang mendukung para lulusan selama menempuh pendidikan.

Ia tidak lupa menyebut peran seluruh elemen di STPN, termasuk dosen, tenaga kependidikan, hingga petugas kebersihan kampus dan asrama.

“Keberhasilan para wisudawan ini tentu tidak lepas dari doa, dukungan, dan pengorbanan orang tua, keluarga, serta kerja keras seluruh sivitas akademika. Bahkan tukang bersih-bersih asrama dan musala pun punya peran dalam mendidik dan menempa karakter kalian. Semua ini adalah fondasi utama bagi lahirnya kader-kader sumber daya agraria masa depan,” kata Nusron.

Tahun ini, STPN meluluskan 624 orang, terdiri dari 274 lulusan Program Diploma IV Pertanahan dan 350 lulusan Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral.

Nusron berharap mereka dapat berkiprah di berbagai bidang, baik di ATR/BPN, dunia akademik, penelitian, maupun sektor swasta.

“Apapun profesinya nanti, semuanya sangat dibutuhkan untuk menciptakan keadilan, keteraturan, serta keberlanjutan ekonomi nasional. Tanah adalah sumber daya terbatas, karena itu harus kita rawat, jaga, dan optimalkan produktivitasnya untuk kepentingan rakyat seluas-luasnya,” ucapnya.

Ketua STPN, Dr. Sri Yanti Achmad, A.Ptnh., S.H., M.Kn., menegaskan para lulusan diharapkan tampil sebagai sumber daya manusia yang unggul, profesional, dan berintegritas dalam mendukung kebijakan pemerintah di bidang agraria dan tata ruang.

“Wisuda hari ini bukanlah akhir, tetapi awal dari pengabdian yang sesungguhnya. Para lulusan harus siap bekerja di lapangan dengan penuh tanggung jawab. Kami berharap saudara-saudara mampu menjadi sumber daya manusia yang unggul, profesional, berintegritas, serta siap berkontribusi dalam mendukung kebijakan pemerintah di bidang pertanahan, agraria, dan tata ruang, termasuk dalam penguatan kelembagaan pertanahan di seluruh wilayah Indonesia,” ujar Sri Yanti.

Dari total wisudawan, 274 orang berasal dari Program Diploma IV Pertanahan dan 350 orang dari Program Diploma I Pengukuran dan Pemetaan Kadastral.

Untuk Program Diploma IV Pertanahan, lulusan terbagi dalam tiga jalur penerimaan: tugas belajar (77 orang), jalur umum (182 orang), dan jalur kerja sama (15 orang).

Selain jalur umum, STPN juga membuka program kerja sama dengan beberapa pemerintah daerah. Tahun ini terdapat 49 wisudawan jalur kerja sama yang berasal dari Kabupaten Kampar, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Sanggau, dan Pringsewu.

“Kerja sama ini merupakan wujud komitmen STPN untuk mendukung peningkatan kapasitas SDM pertanahan di daerah. Kami ingin daerah-daerah memiliki tenaga profesional yang bisa langsung berkontribusi dalam pelayanan publik pertanahan,” jelas Sri Yanti.

Sertifikasi Kompetensi

Dari 624 wisudawan, 482 orang telah mengantongi sertifikat kompetensi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Sertifikat ini diharapkan memperkuat daya saing lulusan dalam dunia kerja.

“Sertifikat kompetensi ini adalah bentuk pengakuan bahwa para lulusan STPN tidak hanya dibekali ijazah, tetapi juga standar keahlian yang diakui secara nasional. Kami ingin memastikan bahwa mereka bisa langsung diterjunkan ke lapangan, mengelola urusan agraria dengan standar profesional yang jelas,” kata Sri Yanti.

Sri Yanti menegaskan bahwa tantangan agraria ke depan semakin berat. Dengan luas daratan Indonesia sekitar 190 juta hektare, konflik pertanahan, sengketa, hingga kebutuhan penataan ruang akan semakin kompleks.

Karena itu, lulusan STPN diharapkan mampu menjawab tantangan tersebut dengan kompetensi, integritas, dan komitmen pelayanan publik. {}