Berita Golkar – Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR RI Mukhtarudin mengatakan pemanfaatan sawit untuk energi terbarukan diharapkan dapat diprioritaskan oleh kabinet Merah-Putih Prabowo-Gibran.
Apalagi, kata Mukhtarudin, Presiden Prabowo mempunyai mimpi Indonesia akan kembangkan B50 ke depannya guna menekan impor minyak.
“Ya, fraksi Golkar DPR RI sangat mendukung Presiden Prabowo kembangkan B50 yang tentu makin banyak sawit dialokasikan untuk Energi,” tutur Mukhtarudin, Kamis (5/12/2024), dikutip dari Radar Aktual.
Anggota Komisi XII DPR RI ini menilai potensi produksi sawit Indonesia sangat besar, mengingat pangsa pasar sektor sawit Indonesia yang juga dangat besar.
“Bahkan hampir 60% pasar minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) atau CPO dunia dari Indonesia,” ungkap Mukhtarudin.
Presiden Prabowo Subianto memiliki mimpi untuk mengebut pengembangan B50. Hal tersebut diyakini Prabowo dapat membuat Indonesia hemat impor hingga Rp 300 triliun lebih.
Untuk itu, politisi Dapil Kalimantan Tengah ini mendorong peningkatan kualitas dan penguatan infrastruktur di industri nabati dan solarnya.
Artinya, lanjut Mukhtarudin, dengan tambahan kandungan minyak nabati dalam B50 dan B60, maka perlu dipastikan juga stok minyak kelapa sawitnya bertambah.
“Untuk mengejar kebutuhan B50 dan B60 maka tentu Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) juga saya kira perlu dioptimalkan untuk menguatkan produksi kelapa sawit tanah Air,” pungkas Mukhtarudin
2026 B50 Diterapkan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan pemerintah akan mulai menerapkan mandatori biodiesel B50 atau bahan bakar untuk mesin diesel yang diolah dari campuran 50% solar dan 50% biodiesel dari minyak sawit pada tahun 2026.
“Di tahun 2026 kita bisa masuk ke B50. Di 1 Januari 2025 kita sudah B40. Jadi kalau B50 langsung kita lakukan di 2026, insyaallah tidak ada lagi kita melakukan impor solar,” ungkap Bahlil Lahadalia dalam paparannya saat rapat kerja bersama Komisi XII DPR, Senin, kemarin.
Ketum Golkar ini mengatakan, dikebutnya penerapan B50 salah satunya adalah guna mengurangi impor. Hal ini juga sejalan dengan target meningkatkan lifting minyak dan gas bumi (migas).
Tak hanya itu, penerapan B50 yang dipercepat ini juga terlihat dari langkah pemerintah untuk membangun pabrik metanol senilai US$ 1 miliar-US$ 1,2 miliar atau setara dengan Rp 19,08 triliun di Bojonegoro, Jawa Timur.
Sekedar Informasi bahwa metanol adalah salah satu bahan penting yang digunakan dalam proses transesterifikasi pembuatan Fatty Acids Methyl Esters (FAME) yang merupakan bahan baku biodiesel.
Dengan adanya pabrik metanol maka bahan baku untuk mandatori biodiesel diharapkan tidak bergantung lagi pada impor. Adapun kapasitas Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah yang merupakan bahan baku utama dalam biodiesel sudah bisa dipenuhi dalam negeri. {}