Berita Golkar – Meutya Hafid telah dilantik kembali pada tanggal 1 Oktober 2024 menjadi Ketua Komisi I DPR RI periode 2019-2024. Mantan jurnalis ini sudah kali ke 4 terpilih sebagai Wakil Rakyat dari Dapil I wilayah Sumatra Utara.
Ruang lingkup tugas yang membidangi Meutya adalah pertahanan, luar negeri, komunikasi dan informatika, dan intelijen.
Dalam acara Real Talk With Uni Lubis: Meutya Hafid Bicara Kepemimpinan Prabowo. Disini juga, Meutya membagi resep menang Pemilihan Legislatif (Pileg) sebanyak 4 kali di Dapil I Sumut. Berikut IDN Times rangkum.
Meutya mengatakan hal pertama yang diuntungkan pada periode pertama adalah kontak fisik dengan turun langsung ke masyarakat. Kemudian juga, memanfaatkan teknologi digital, untuk pertemuan via online. Seperti webinar ataupun seminar online.
“Sering ketemu sama masyarakat, terus aku diuntungkan banget di periode pertama dilakukan semuanya fisik. Sekarang dengan kemajuan teknologi informasi itu, aku ada kunjungan fisiknya terus pertemuan lewat online melalui seminar online, webinar itu seminggu 2-3 kali jadi terbantu sekali. Jadi di sini juga bisa berperan sebagai Ketua Komisi dan hadir, tapi bisa ketemu konstituen jadi itu membantu aku,” jelas Meutya dikutip dari IDN Times.
Saat disinggung tentang biaya pengeluaran atau ongkos politik selama berkontestasi di Pileg, Perempuan berdarah Sumut ini membeberkan bahwa semakin lama semakin mahal ajang pesta demokrasi, sehingga angka tersebut tidak dihitung.
Namun, Meutya yang memiliki basis wartawan (jurnalis) hanya habis untuk mentraktir makan siang hingga 10 orang saat itu dalam pertemuannya.
“Angkanya gak dihitung soalnya makin lama makin mahal, benar sih karena demokrasi kita makin lama makin mahal itu benar. Terus waktu aku pertama baru dari wartawan masuk pertama itu orang kasihan kali ya. Tapi sudah ada awareness (kesadaran),” kata politisi Partai Golkar.
Menurutnya menjadi, jurnalis menjad modal utama. Secara awareness maupun secara skill (keahlian) dimana ketemu masyarakat.
“Ada juga orang yang rajin ketemu masyarakat tapi ketemunya salah, cara ngomongnya salah, pendekatannya salah, padahal niatnya mungkin benar. Jadi jurnalis itu membantu aku banget, kemudian juga karena waktu itu aku jurnalis ya gak bawa apa-apa gak apa. Tapi setelah 1 hingga 2 periode kayak paling makan siang ada. Sementara saya setiap pertemuan paling gak ada bisa 6, 8 hingga 10 yang singkat. Jadi paling ongkos politik aja disitu udah lumayan,” kata perempuan yang sebelumnya berkarier di Metro TV ini.
Uni Lubis mengatakan bahwa, komisi yang diduduki oleh Meutya merupakan komisi air mata. Sebab, hanya ada 4 perempuan dari 50 anggota DPR RI.
Bagi Meutya menjadi Ketua Komisi I, cukup memiliki beban berat. Meskipun, dia meyakini setiap ketua komisi dimana pun bebannya berat. “Cuma karena komisi I cukup strategis karena ada pertahanan, luar negeri, ada kominfo yang termasuk data-data banyak sangat diawasi,” tuturnya.
Diketahui, Meutya juga sempat menegur Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang tidak mem-back up data di Pusat Data Nasional (PDN). Hal itu disampaikan dalam Rapat Kerja Komisi I DPR bersama Menkominfo Budi Arie Setiadi dan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian. Namun, dalam hal ini menurut Hinsa berawal dari gagalnya memulihkan data PDN akibat serangan ransomware terjadi karena tata kelola yang buruk.
Dalam diskusi ini, Meutya juga menyebutkan 3 hal yang menjadi highlight sebagai Ketua Komisi I DPR RI diantaranya adalah Pertahanan dan Intelijen.
“Menurut aku Pertahanan lumayan fokus apalagi Menteri Pertahanan (Menhan) juga Presiden terpilih yaitu Prabowo Subianto. Beliau juga banyak mengingatkan untuk hal apa saja yang harus dilakukan,” tambahnya.
Lanjut Meutya, highlight tentang Intelijen juga terlibat apalagi ketika COVID-19. Tapi, tidak terlalu banyak bisa dibuka untuk umum.
Bagi Meutya, tahun pertama menjadi Ketua Komisi hal yang penting adalah daya juang untuk bisa membuktikan diterima perannya serta eksistensinya sebagai Ketua Komisi I DPR RI. Cara merajut hal tersebut adalah komunikasi, dan menahan diri untuk sabar. {}