Selamat! Menperin Agus Gumiwang Dinobatkan Sebagai Tokoh Penggerak Hilirisasi dan Modernisasi Sawit

Berita Golkar – Majalah Sawit Indonesia menganugerahkan penghargaan Sawit Indonesia Award 2024 kepada Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita sebagai Tokoh Penggerak Hilirisasi dan Modernisasi Sawit di Jakarta, Kamis (12/12/2024).

“Penghargaan ini diberikan sebagai apresiasi dan penghargaan kepada Menteri Perindustrian yang mampu menggerakkan industri hilir sawit dalam 5 tahun terakhir,” ujar Qayuum Amri, Ketua Panitia Pelaksana Sawit Indonesia Award 2024 dalam keterangannya, dikutip dari Sawit Indonesia.

Penyerahan penghargaan ini diserahkan oleh Qayuum Amri kepada Menteri Perindustrian yang diwakili oleh Dirjen Industri Agro, Putu Juli Ardika.

Putu Juli Ardika saat membacakan sambutan Menperin, memaparkan apresiasi kepada Majalah Sawit Indonesia yang telah memberikan penghargaan ini sebagai wahana berkumpul, berdiskusi, dan bercurah pendapat untuk merumuskan dan menyusun rencana aksi strategi implementasi peningkatan kontribusi industri kelapa sawit pada pertumbuhan ekonomi nasional.

Menurutnya, Kementerian Perindustrian telah menjalankan langkah penguatan iklim usaha/investasi yang kondusif dan berdaya saing dalam rangka mewujudkan industri hilir kelapa sawit yang profitable berkelanjutan.

“Dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir, Kemenperin memfasilitasi investasi baru/perluasan pabrik pengolahan kelapa sawit melalui insentif fiskal, non-fiskal termasuk harga gas bumi tertentu bagi industri oleokimia, hingga kebijakan dis-insentif berupa tarif pungutan ekspor–bea keluar yang pro-penumbuhan industri hilir di dalam negeri,” kata Putu.

Qayuum Amri menyebutkan apresiasi penghargaan ini mempertimbangkan rekam jejak kebijakan dan dampak dari kebijakan tersebut terhadap sektor industri sawit. Penilaian ini juga melibatkan Sahat Sinaga sebagai Advisor Sawit Indonesia Award yang dikenal memiliki pengalaman puluhan tahun sebagai profesional kelapa sawit.

Dari penilaian rekam jejak kebijakan, terdapat 5 aspek yang menjadi pertimbangan. Pertama, Ragam jenis produk hilir sawit semakin meningkat signifikan. Pertama, pada tahun 2010 hanya terdapat 54 jenis, meningkat menjadi 193 jenis pada 2023. Sementara itu, rasio ekspor bahan baku dan produk hilir sawit juga kian melonjak. Tahun 2010, rasionya 40% dan 60% (bahan baku dan produk hilir sawit), dan naik drastis menjadi 7% dan 93% pada 2023.

Kedua, Hadirnya pusat pertumbuhan ekonomi baru industri berbasis sawit di luarJawa, antara lain di Dumai-Riau, Sei Mangkei-Sumut, Tarjun-Kalsel, Kotawaringin Barat-Kalteng, Bitung-Sulut, dan Balikpapan-Kaltim. Kedepan, hilirisasi dapat menumbuhkan aglomerasi atau kawasan industri baru berbasis sawit.

Ketiga, hadirnya teknologi optimalisasi produksi minyak sawit mentah adalah SPPOT (Steamless POMELess Palm Oil Technology), untuk menghasilkan minyak sawit mentah yang lebih bernutrisi, lebih efisien energi, lebih rendah emisi karbon, hingga minimal dalam timbulan limbah cair. SPPOT ini memungkinan pabrik kelapa sawit dibangun modular skala kecil (5 – 10 ton TBS/Jam), dengan skema operasional – milik pabrik oleh petani rakyat secara BOT (Build Owned Transfer).

Keempat, Modernisasi industri pengolahan sawit yang menghasilkan ragam produk turunan sawit yang bernilai tambah tinggi dan telah dipasarkan ke 150 negara di dunia.

Kelima, Kebijakan hilirisasi sawit dapat mendukung pencapaian target pertumbuhan ekonomi Presiden Prabowo Subianto sebesar 8% karena mengundang investasi baik dari dalam dan luar negeri. Melalui target Indonesia mampu menghasilkan 240 ragam jenis produk hilir pada tahun 2029.

Selain itu, nilai ekonomi kegiatan usaha kelapa sawit mencapai Rp1.146 triliun, yang berasal dari konsumsi dalam negeri dan ekspor. {}