Berita Golkar – Usai menunaikan Shalat Jumat (24/10/2025), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia untuk pertama kalinya menyambangi wartawan Istana Kepresidenan di ruang media.
Jika biasanya para jurnalis menghampirinya, sesudah rapat terbatas dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana, dengan terburu-buru mengejar sampai ke kendaraannya, suasana kali ini berbeda.
Masih mengenakan baju koko putih dan peci yang sering ia kenakan, Bahlil mengajak para wartawan berdiskusi santai. Ada satu hal yang menarik perhatian awak media, yakni sepatu kuning yang ia kenakan memiliki lambang Kementerian ESDM, lembaga yang ia nakhodai, saat ini.
Sambil mengangkat sepatu, Bahlil bercerita dengan bangga bahwa sepatu itu merupakan produk lokal dari UMKM.
Warna kuning hitam yang menjadi warna dominan sepatu juga disebutnya senada dengan logo ESDM yang berwarna serupa. Pernyataan itu seolah membantah bahwa urusan politik, khususnya partai yang ia ketuai, tidak dicampuradukkan dengan urusan pemerintah.
Bahlil pun berkelakar ingin membagikan sepatu seharga Rp250 ribu itu untuk awak media.
Sambil makan siang bersama, Bahlil pun kembali membicarakan banyak hal, mulai dari kisah hidupnya yang lahir dari orang tua dengan penghasilan terbatas, hingga yang belakangan ini ramai di media sosial, yakni ujaran kebencian berbentuk meme yang baginya sudah menyentuh ranah personal.
“Saya memang sudah biasa dihina sejak masih kecil. Karena saya kan bukan anak pejabat, saya anak orang dari kampung. Ibu saya hanya buruh cuci di rumah orang, ayah saya buruh bangunan,” kata Bahlil, bercerita, dikutip dari Antaranews.
Ia menanggapi dengan santai berbagai meme yang dibuat warganet terkait dirinya. Meme itu, layaknya hinaan yang bukan lagi menjadi barang baru.
Bahlil menceritakan dirinya sudah sering dihina sejak dirinya duduk di bangku SD. Lahir di Banda, Maluku Tengah, 7 Agustus 1976,dari pasangan Lahadalia dan Nurdjani, Bahlil menceritakan pekerjaan kedua orang tuanya yang hanya sebagai buruh cuci dan buruh bangunan.
Menurut Bahlil, pekerjaan orang tuanya itu bisa saja menjadi dasar hinaan kepada dirinya, seolah hal yang lumrah, sekali pun ia kini sudah menjadi seorang pembantu presiden.
Sejak kecil Bahlil memang sudah menyelami kehidupan yang cukup sulit. Anak kedua dari delapan bersaudara itu menghabiskan masa kecil dari SD hingga SMP di Seram Timur, Maluku.
Sejak SD, Bahlil sudah terbiasa bersekolah sambil menjual kue buatan ibunya. Setelah itu, kebiasaan bekerja sambil menimba ilmu terus dia lakukan hingga duduk di bangku kuliah di Fakfak, Papua Barat.
Setelah pindah dari Maluku ke Papua, Bahlil kembali melakoni pekerjaan serabutan untuk membiayai sekolah, dengan menjadi kenek angkot, sopir angkot, hingga kuli angkut di pasar.
Kehidupan keras di terminal itu pun menguatkan mental Bahlil, sehingga saat meme ujaran kebencian itu merebak di media sosial, praktis tidak dihiraukannya.
Memaafkan
Di media sosial, Bahlil memang menjadi salah satu menteri yang ramai beredar. Tidak dapat dipungkiri, berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian ESDM yang dipimpinnya kerap diperdebatkan.
Banyak kebijakan Bahlil yang dinilai menuai pro-kontra karena bersentuhan langsung dengan kebutuhan dasar rakyat. Contohnya saja, larangan pengecer menjual gas elpiji 3 kilogram yang membuat masyarakat kesulitan mencari gas melon. Meski demikian, akhirnya kebijakan itu diralat.
Hal terbaru, nama Bahlil kembali ramai karena isu kelangkaan BBM di sejumlah SPBU swasta. Atas hal tersebut, Bahlil menegaskan bahwa kuota impor BBM untuk perusahaan swasta pada tahun ini sudah ditambah 10 persen dibandingkan Tahun 2024. Bahlil juga memberikan opsi agar SPBU swasta dapat bekerja sama dengan Pertamina, terkait pembelian BBM.
Ia menduga berbagai meme dan ujaran kebencian terhadap dirinya ini merupakan indikasi adanya pihak yang ingin mencoba mengintervensi kebijakan pemerintah.
Gangguan itu, baginya merupakan “vitamin” untuk membuatnya terus berjalan. Bahlil meyakini kebijakan yang berpihak pada rakyat pasti membuat risau sejumlah pihak.
Meskipun demikian, Bahlil menyatakan telah memaafkan pihak yang membuat ujaran kebencian berupa meme itu dan meminta sayap organisasi Partai Golkar untuk menghentikan proses pelaporan mereka.
Ia pun menegaskan bahwa ujaran kebencian terhadap seseorang yang menyerang ranah pribadi, apalagi dari segi fisik, tidak dibenarkan.
“Saya pikir ya, kalau ada yang meme-meme, sudah lah saya maafkan. Tidak apa-apa. Sebenarnya kalau kritisi kebijakan itu tidak apa-apa, tapi kalau sudah pribadi, sudah mengarah ke rasis, itu menurut saya tidak bagus,” katanya.
Menurut Bahlil, kebijakan yang ia buat semata-mata untuk mewujudkan cita-cita Presiden Prabowo, yakni kedaulatan atau kemandirian energi. Oleh karenanya, ia menegaskan tidak akan mundur, meski meme tersebut berupaya untuk menjatuhkannya.
Kemandirian energi
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Prabowo Subianto selalu menekankan pentingnya menjalankan ekonomi berkeadilan, seperti yang diatur dalam Pasal 33 UUD 1945.
Pasal 33 UUD 1945 mengatur perekonomian nasional berdasarkan asas kekeluargaan, di mana cabang produksi penting yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara dan kekayaan alam digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Bahlil pun menerjemahkan Pasal 33 itu dengan upaya mencapai 80 persen kemandirian energi pada 2029,dengan menekan impor dan meningkatkan lifting migas, hingga transisi energi terbarukan.
Pada September-Oktober, tercatat lifting migas pada September hingga Oktober sudah mencapai 619.000 barel per hari, atau melampaui target APBN 2025, yakni sebesar 605.000 barel per hari.
Untuk mewujudkan kemandirian energi, Bahlil menegaskan tidak bersandar sepenuhnya terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sebab, terdapat berbagai program prioritas pemerintah yang membutuhkan anggaran dari APBN, seperti Makan Bergizi Gratis, Sekolah Rakyat, Koperasi Desa Merah Putih, Desa Nelayan, dan lainnya.
Selain itu, Kementerian ESDM menargetkan penggunaan bahan bakar solar, dengan campuran 50 persen bahan nabati atau Biodiesel B50, mulai dijalankan pada Semester II tahun 2026.
Sebagai informasi, saat ini Indonesia masih harus impor solar sekitar 4,9-5 juta ton per tahun, namun jika B50 diimplementasikan, impor bahan bakar, khususnya solar, dapat ditekan, karena produksi BBM sudah tercukupi dengan bioetanol.
Pemanfaatan biodiesel selama periode 2020-2025 telah menghemat devisa hingga 40,71 miliar dolar AS. Dengan penerapan B50 pada 2026, potensi penghematan tambahan diproyeksikan mencapai 10,84 miliar dolar AS hanya dalam satu tahun.
Tidak hanya melalui biodiesel, Bahlil juga menyampaikan bahwa pemerintah sedang mengkaji penerapan E10 atau bioetanol dengan campuran etanol sebesar 10 persen di BBM, guna melepas ketergantungan impor etanol.
Oleh karena itu, Kementerian ESDM menjajaki kolaborasi dengan sejumlah pelaku industri singkong, jagung, dan tebu untuk memenuhi target awal produksi 1,4 juta kiloliter etanol guna mendukung rencana mandatori bioetanol 10 persen (E10) pada 2027.
Dalam skala yang lebih luas, pemerintah juga menyiapkan insentif untuk mendorong produksi etanol dalam negeri yang diproyeksikan menembus lebih dari 2 juta kiloliter agar mandatori pencampuran bahan bakar nabati bisa diberlakukan penuh.
Selain pangan, kemandirian energi memang menjadi topik yang selalu ditekankan Presiden Prabowo Subianto dalam berbagai pidato, termasuk pada Sidang Majelis PBB di New York, Amerika Serikat.
Anomali Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, namun masih impor BBM, tidak hanya menguji kedaulatan ekonomi negara, tetapi juga terhadap kedaulatan negara yang akan selalu bergantung pada negara lain.
Kemandirian energi, ibarat jalan panjang dan penuh tantangan yang harus ditempuh, terutama mengingat kondisi geopolitik yang serba tak pasti.
Upaya Bahlil untuk mewujudkan kemandirian energi, menjadi sebagian refleksi dari yang selalu ditegaskan Presiden Prabowo dalam pidatonya, yakni kedaulatan sejati lahir dari kemampuan bangsa untuk mengatur dirinya sendiri, termasuk soal pangan dan energi. {}













