Berita Golkar – Kader Golkar mendorong nama Airlangga Hartarto sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto di Pilpres 2024. Lantas seberapa besar bargaining power Airlangga untuk terpilih? Pada 13 Agustus lalu, Golkar sudah resmi bergabung dengan partai pendukung Prabowo di antaranya Gerindra, PKB dan PAN. Mereka menamakan diri Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR).
Tentu saja, koalisi 4 partai itu layak diperhitungkan karena memiliki 265 kursi di DPR RI dari total 575 kursi. Dengan rincian, Golkar 85 kursi, Gerindra 78 kursi, PKB 58 kursi dan PAN 44 kursi. Sebelumnya, tepat pada pertengahan Mei 2023, Ketua DPP Partai Golkar, Yahya Zaini menyebut bahwa bergabungnya Golkar bersama KKIR dilandasi harapan kuat bersandingnya Prabowo dan Airlangga. Yahya juga menilai, Prabowo dan Airlangga merupakan pasangan yang ideal dan seimbang untuk maju di Pilpres 2024 mendatang.
“Golkar serius untuk bergabung dengan Gerindra dan PKB dengan syarat Pak Airlangga jadi Cawapres. Keduanya pasangan yang ideal, yang satu tentara satunya sipil. Keduanya menteri kabinet yang sukses membantu Presiden Jokowi,” kata Yahya kepada Tirto, Kamis 18 Mei 2023.
Potensi Kekuatan Airlangga Bila Jadi Cawapres Prabowo Ada sejumlah indikator yang menjadi pertimbangan partai pendukung Capres untuk menentukan wakilnya, di antaranya jabatan di parpol, kursi parpol, kekuatan di akar rumput, hingga elektabilitas atau tingkat keterpilihan. Saat ini, Airlangga punya jabatan yang sangat strategis. Selain Ketua Umum Partai Golkar dia juga menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia.
Selain itu, Golkar adalah parpol dengan perolehan suara terbesar ketiga, dengan perolehan kursi nomor dua terbanyak. Golkar memiliki 85 kursi atau 14,7 persen dari total keseluruhan 575 kursi di DPR RI. Perolehan kursi Golkar bahkan melebihi Gerindra yang hanya mengantongi 78 kursi atau 13,5 persen. Dengan demikian, kekuatan gabungan Golkar dan Gerindra sama dengan 168 kursi atau 28,2 persen dari total keseluruhan 575 kursi di DPR RI. Jumlah ini sudah melebihi syarat ambang batas atau presidential threshold dalam pencalonan Presiden.
Sebagaimana tertuang dalam Pasal 222 UU Nomor 7 Tahun 2017, Capres dan Cawapres harus didukung oleh parpol atau gabungan parpol yang memiliki setidaknya 115 kursi di DPR RI atau 20 persen dari jumlah parlemen. Namun demikian, pertarungan Pilpres juga memperhatikan faktor elektabilitas atau tingkat keterpilihan. Merujuk pada beberapa lembaga survei, elektabilitas Airlangga secara pribadi masih kurang memuaskan.
Berapa Elektabilitas Airlangga Sebagai Cawapres 2024? Airlangga sejak jauh hari sudah masuk ke dalam perhitungan elektabilitas berbagai lembaga survei sejumlah kandidat nama Cawapres pada Pilpres 2024. Dua lembaga survei yang memaparkan tingkat keterpilihan Airlangga sebagai Cawapres adalah Voxvol Center Research and Consulting dan LSI Denny JA. Hasil survei Voxpol Center Research and Consulting periode 24 Juli hingga 2 Agustus menyatakan, Airlangga mengantongi 1,4 persen elektabilitas sebagai Cawapres.
Berada pada peringkat terbawah dalam simulasi 11 nama. Sementara itu, LSI Denny JA pada periode 3–15 Juli 2023 secara khusus melakukan survei simulasi pasangan Prabowo-Airlangga dihadapkan dengan pasangan Ganjar-Sandiaga dan Anies-AHY. Hasilnya, Prabowo-Airlangga mendapatkan elektabilitas tertinggi pada angka 37,5 persen. Disusul dengan Ganjar-Sandiaga 37,5 persen, dan pada posisi terakhir Anies-AHY 20,2 persen.
Dalam melakukan survei, Voxpol dan LSI Denny JA memiliki metode survei dan jumlah responden yang berbeda. Voxpol per 24 Juli hingga 2 Agustus 2023 dalam melakukan survei pada 1.200 responden dengan metode wawancara secara tatap muka atau face to face yang dilakukan oleh surveyor terlatih.
Margin of error tercatat sebesar 2,83 persen. Sementara LSI Denny JA, melakukan survei pada periode 3–15 Juli 2023 dengan menyasar 1.200 responden. Survei dilakukan dengan cara wawancara tatap muka menggunakan kuesioner. Pemilihan responden dilakukan dengan cara multistage random sampling dikolaborasikan riset kualitatif. LSI Denny JA menyatakan bahwa hasil survei mereka memiliki margin of error lebih kurang 2,9 persen. {sumber}