Wenny Haryanto: Cegah Stunting Anak, Siapkan Generasi Unggul Hadapi Indonesia Emas 2045

Berita Golkar – Senayan menyoroti upaya percepatan penurunan stunting dalam rangka menyongsong Indonesia Emas tahun 2045. Pemerintah kudu memberikan perhatian penuh untuk melahirkan generasi-generasi unggul di tahun 2045.

Anggota Komisi IX DPR Wenny Haryanto menuturkan, Indonesia akan menghadapi bonus demografi di tahun 2045, yang juga bertepatan dengan 100 tahun Indonesia merdeka. Di tahun tersebut, 70 persen pen­duduk Indonesia berada di usia produktif, yakni di antara usia 15-64 tahun. “Ini adalah usia atau masa produktif dalam hidup manusia,” kata Wenny, kemarin.

Karena itu, kebijakan Presiden Joko Widodo menargetkan penu­runan stunting hingga di bawah 14 persen di tahun 2024, harus didukung seluruh pihak. “Jangan sampai bonus demografi ini ter­ancam akibat gagal stunting,” ujar politisi Fraksi Golkar ini.

Dia menuturkan, Presiden Jokowi telah menerbitkan Kepu­tusan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penu­runan Stunting. Dalam perpres ini, Pemerintah menyiapkan lima kebijakan untuk mencapai target penurunan stunting hingga di bawah 14 persen.

Kebijakan tersebut antara lain, pertama, strategi nasional percepatan penurunan stunting. Kedua, penyelenggaraan per­cepatan penurunan stunting. Ke­tiga, koordinasi penyelenggaraan percepatan penurunan stunting. Keempat, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Dan kelima, pendanaan.

Adapun definisi stunting dalam Perpres ini disebutkan sebagai gangguan pertumbu­han dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Hal ini ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Pelaksanaan percepatan penu­runan stunting meliputi ke­lompok sasaran: remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyu­sui, dan anak berusia 0 (nol)- 59 (lima puluh sembilan) bulan. “Stunting mengancam bonus demografi karena kualitas otak dan pertumbuhan terhambat atau berkurang,” tutur Wenny.

Wenny mengatakan, banyak faktor yang membuat anak mengalami stunting. Kondisi ini tidak hanya dialami masyarakat menengah ke bawah, tapi juga dialami masyarakat menengah ke atas. Hal ini bisa terjadi karena orang tua tidak paham memberi makanan bergizi dan nutrisi yang seimbang untuk anaknya.

Karena itu, setiap warga harus diberikan edukasi agar memper­hatikan anaknya, sehingga ter­hindar dari stunting sejak dalam kandungan. “Dengan edukasi tersebut diharapkan setiap anak bisa terhindar dari stunting dan menjadi generasi yang unggul di masa depan,” pungkasnya

Hal senada dilontarkan anggota Komisi IX DPR Nurhadi. Ditegaskannya, target penurunan stunting tersebut harus terus diupayakan dengan kerja sama seluruh pihak. “Se­bab stunting merupakan anca­man serius terhadap generasi bangsa,” katanya.

Dijelaskannya, stunting meru­pakan kondisi pada anak yang di­tandai dengan kurang tingginya badan anak apabila dibanding dengan anak seusianya. Kondisi ini terjadi akibat kurangnya asu­pan nutrisi selama masa pertum­buhan anak ditengarai menjadi penyebab utama stunting.

Karena itu, dia mengajak seluruh warga negara terutama untuk ibu-ibu memperhatikan masalah stunting ini. “Jadi penting memastikan nutrisi bagi ibu hamil dan anak bayi hingga minimal berusia 1.000 hari,” tukasnya. {sumber}