Berita Golkar – Berdasarkan indeks kualitas udara AQI, kualitas udara di Jakarta berada di angka 170 atau masuk dalam kategori tidak sehat. Politisi muda Partai Golkar Dienis Haning Safitri pun menyoroti dampak kesehatan dari menurunnya kualitas udara Jakarta.
Aktivis perempuan Karang Taruna Divisi Peranan Wanita dan Anak Jaksel ini menemukan beberapa anak di wilayah Jaksel mengalami gejala batuk, pilek, dan sakit tenggorokan yang intens. Kualitas udara di Jakarta turut memengaruhi menurunnya kesehatan anak, terutama pada kesehatan pernapasan.
“Di masyarakat, tidak sedikit ibu-ibu yang bercerita kepada saya mengenai kesehatan anak mereka yang menurun. Mudah lemas, batuk, pilek, dan sakit tenggorokan adalah gejala umum yang ditemui di masyarakat,” katanya dalam siaran pers, Senin (28/8/2023).
Dienis menemukan beberapa lokasi berada di angka yang sangat tidak sehat. Seperti Cilandak Timur dan Kebayoran Lama di angka indeks 206, Kemang V 163, Gordi HQ berada dengan angka indeks 162, dan Gelora Bung Karno di angka indeks 161.
Parameter kualitas udara berdasarkan AQI US dibagi enam level. Hijau (0-50) bagus, kuning (51-100) sedang, oranye (101-150) tidak sehat bagi kelompok sensitif, merah (151-200) tidak sehat, ungu (201-300) sangat tidak sehat, dan maroon (lebih dari 301) berbahaya.
Risiko Stunting
Buruknya kondisi udara tidak hanya berdampak buruk pada kesehatan pernapasan anak, tetapi juga meningkatkan risiko stunting pada balita. Pegiat perempuan yang aktif membantu stunting warga ini juga menjelaskan, polusi udara dapat memengaruhi perkembangan anak. “Polusi udara juga berkaitan erat dengan stunting pada anak,” jelasnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah jenis malnutrisi. Polutan yang dihirup anak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem sirkulasi pernapasan. Sirkulasi oksigen yang terganggu dapat membuat jumlah oksigen yang dibawa ke dalam tubuh menjadi lebih rendah.
Ketika sirkulasi terganggu, oksigen yang dibawa menjadi lebih rendah. ”Kalau itu menjadi lebih rendah, anak kekurangan oksigen secara defisit minor, tetapi jangka panjang akibatnya pertumbuhan jadi lebih lambat,” ujarnya.
Karena itu, Dienis mengajak masyarakat untuk sama-sama peduli terhadap fenomena udara buruk yang menimpa Jakarta. Pemerintah pusat dan Pemprov DKI Jakarta harus bersama masyarakat turut aktif menanggulangi masalah ini.
Menurutnya, permasalahan polusi yang memunculkan penyakit pernapasan dan meningkatkan stunting ini perlu menjadi sorotan utama para politisi yang saat ini menghadapi tahun politik. Sebagai pegiat kesehatan, Dienis siap memperjuangkan isu lingkungan ini melalui jalur politik.
“Tahun Politik ini banyak anak muda, selebritas, tokoh masyarakat yang mengampanyekan diri untuk dipilih sebagai legislatorbaik tingkat daerah (DPRD) maupun tingkat pusat (DPR). Para calon legislatif semestinya jangan hanya mempromosikan dirinya, tetapi juga aktif mengampanyekan isu lingkungan ke masyarakat,” tandasnya. {sbr}