Menperin Agus Gumiwang Ungkap Sektor Manufaktur Sumbang 37,7 Persen Investasi dan Serap 20 Juta Tenaga Kerja

Berita GolkarMenteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita melaporkan realisasi investasi industri manufaktur  sepanjang Januari–September 2025 mencapai Rp 562,7 triliun.

“Dari sisi investasi, industri manufaktur menyumbang 37,73 persen terhadap total investasi nasional,” kata Agus dalam keterangan tertulis, Kamis (6/11/2025), dikutip dari Tempo.

Adapun total realisasi investasi itu terdiri dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 178,9 triliun dan penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 383,8 triliun.

Menurut Agus, kontribusi ekspor manufaktur yang mencapai 81 persen dari total nasional menunjukkan iklim investasi di Indonesia terutama sektor pengolahan masih menarik bagi investor asing dan dalam negeri.

Agus mengatakan, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan nonmigas tumbuh sebesar 5,58 persen pada triwulan ketiga 2025. Pada triwulan ketiga ini, Agus melaporkan ekspor non-migas tumbuh senilai 12,56 persen secara year-on-year dan berkontribusi sebesar 85,21 persen terhadap total ekspor nasional.

Lima produk manufaktur telah menjadi komoditas andalan ekspor nasional dengan pertumbuhan tertinggi pada kuartal III 2025 adalah lemak dan minyak hewan/nabati (50,34 persen), besi baja (15,88 persen), mesin dan peralatan listrik (17,55 persen), perhiasan dan permata (82,43 persen), serta kendaraan dan bagiannya (8,12 persen).

Politikus Golkar itu mencatat industri pengolahan menyerap tenaga kerja sebanyak 20,31 juta tenaga kerja atau sekitar 13,86 persen dari total tenaga kerja nasional. Sepanjang Februari–Agustus 2025 industri pengolahan menyerap tenaga kerja sekitar 210 ribu orang.

Ia mengatakan serapan tenaga kerja di industri manufaktur pada periode itu merupakan yang terbanyak kedua setelah sektor konstruksi.”Bahkan terdapat industri juga telah menyerap pekerja yang terkena PHK di sektor ekonomi lain,” tutur Agus.

Namun Agus mengakui utilisasi sektor manufaktur masih pada level 59,28 persen. Itu berarti, kata Agus, terdapat peluang yang besar untuk melakukan ekspansi dan peningkatan kapasitas produksi nasional sampai titik optimalnya. Tujuannya, kata Agus, agar industri manufaktur bisa meningkatkan andil terhadap produk domestik bruto (PDB). {}